Tangkapan Mengerikan Polisi Amerika, 13 Ton Rambut Manusia 'Diselundupkan' ke Negara Tersebut, Kenyataan Mengenai Asal-usulnya Buat Kita Semua Lebih Ngeri Lagi

May N

Penulis

Intisari-online.com -Bisnis rambut palsu atau wig adalah sebuah industri yang kian tumbuh.

Seorang penata rambut bernama Mikayla Lowe Davis membuktikan hal ini.

Ia telah terjun di bisnis tersebut selama puluhan tahun, dan saat ini meskipun sedang pandemi, orang-orang tetap ingin mempercantik salah satu bagian tubuh tersebut.

Melansir CNN, bisnis hair extensions sedang berkembang pesat, seperti disebutkan Profesor sejarah Tiffany Gill dari Rutgers University, yang juga menulis buku "Beauty Shop Politics."

Baca Juga: Tak Perlu Dicabut Apalagi Disemir Begini Cara Ampuh Atasi Uban yang Tumbuh Lebih Dini, Mudah dan Murah Kok!

Rambut palsu yang paling diminati adalah rambut berwarna hitam, yang pada 2018 lalu diperkirakan bernilai lebih dari 2,5 milyar Dolar AS di Amerika Serikat saja.

Komoditas itu sampai mendapat julukan 'emas hitam' di seluruh dunia', karena harganya yang terus-terusan meningkat.

Kini, ada kenyataan mengerikan di balik bisnis tersebut.

Mayoritas produk tersebut berasal dari Asia, terutama China.

Baca Juga: Tak Hanya untuk Lalapan, Selada Juga Miliki Manfaat Luar Biasa untuk Kulit, Rambut, dan Kesehatan, Mau Coba?

Bisakah Anda menebak daerah China mana yang memproduksi emas hitam tersebut?

Daerah tersebut begitu terlarang sampai-sampai AS melarang masuknya produk emas hitam itu ke pasar AS.

Meski begitu, beberapa pabrik China tetap menyuplai ribuan kilogram rambut ke pasar AS secara ilegal.

Ada alasan mengapa AS melarang masuknya emas hitam tersebut.

Baca Juga: Rakyat Menderita di Tengah Krisis Ekonomi, Para Hakim Zimbabwe Justru Habiskan Uang Rp2,3 Miliar untuk Beli Wig

AS menuduh China gunakan buruh-buruh di Xinjiang, tepatnya 2 juta warga Muslim Uighur dan minoritas etnis lain ditahan di kamp konsentrasi sejak 2016.

Beijing telah resmi menyebut kamp tersebut 'kamp pendidikan' dan mengatakan ekspansi pabrik yang terkait dengan kamp tersebut adalah bagian dari program "pengentasan kemiskinan".

September lalu, Badan Perlindungan Perbatasan AS umumkan Withhold Release Order (WRO) untuk kapal apapun yang membawa produk rambut dari Lop County Hair Product Industrial Park di selatan Xinjiang.

Itu mengikuti dua WRO untuk perusahaan-perusahaan lain yang terdaftar di area yang sama.

Baca Juga: Cerita di Balik Wig Pirang Khabib Nurmagomedov, Bukti Cinta pada Tanah Kelahirannya

WRO diterapkan setelah penangkapan 13 ton rambut manusia senilai 800 ribu Dolar dari Lop County Meixin Hair Product.

Perusahaan tersebut kini menjadi subyek investigasi kriminal oleh ICE AS (Immigration and Customs Enforcement).

Sebelumnya, pada Mei sudah diterapkan blok impor dari Hetian Haolin Hair Accessories.

Dua perusahaan tersebut tidak berkomentar apapun sampai sekarang, tapi Kantor Informasi Wilayah Uighur Xinjiang mengatakan jika aturan dan sanksi tersebut merupakan tindakan barbar terhadap perusahaan swasta yang "menyediakan kesempatan bagi etnis minoritas lokal untuk mendapatkan pekerjaan dan membantu mengentaskan kemiskinan."

Baca Juga: Dituduh Diskriminasi Terhadap Etnis Minoritas, China Klaim Dapat Dukungan dari 70 Negara Terkait Konflik Hong Kong dan Sindir Amerika, 'Jangan Percaya Negara Barat'

Sampai awal tahun ini, Hetian Haolin merupakan suplier utama untuk produk rambut palsu bagi perusahaan Texas, I&I Hair.

Produk utama mereka, EZBraid, adalah rambut palsu dengan penjualan terbesar di Bpolished.

Saat I&I Hair tahu mengenai tuduhan buruh yang dipaksa bekerja, mereka berhenti meminta pengiriman dari Hetian Haolin pada awal 2020.

Tidak hanya I&I, perusahaan rambut palsu lain yaitu OS Hair di Georgia juga menghentikan ekspor rambut palsu dari Hetian Haolin sampai April tahun ini.

Baca Juga: 'Berhenti Campuri Urusan Kami', Ujar China Kepada Jerman Saat Disentil Soal Uighur di Forum PBB, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Keterlibatan Korea Selatan

Menariknya, kedua perusahaan tersebut memiliki agensi yang mengatur rantai suplai tersebut dari Korea Selatan.

I&I Hair bekerja sama dengan KCA Global, sedangkan OS Hair bekerja sama dengan Selim Fiber.

KCA Global dan Selim Fiber merupakan dua perusahaan Korea Selatan yang mengatur kerja sama dengan perusahaan-perusahaan di Xinjiang.

Baca Juga: 1.500 Ekor Babi Dimusnahkan di Korea Selatan, Demam Babi Afrika Bangkit Kembali?

Perwaiklan dari Selim Fiber, yaitu salah seorang eksekutifnya, menyebut tidak tahu menahu mengenai tuduhan kerja paksa tersebut.

Ia juga menyebutkan mereka hanya mengirimkan bahan mentah ke pabrik di bawah kontrak dengan KCA Global.

CEO dari KCA Global, Han Hyun-Jung, mengatakan ia terkejut mendengar adanya praktik kerja paksa di Hetian Haolin.

Selanjutnya ia mengatakan mereka menyesal dengan yang terjadi dan memutuskan kontrak dengan pabrik tersebut.

Baca Juga: Perlombaan Senjata Nuklir Kian Tak Terbendung, Gara-gara 'Malaikat Pelindung' yang Kini Justru Menjelma Jadi 'Pembawa Petaka'

Han mengatakan sebagai gantinya, mereka mulai bekerja dengan pabrik di Xuchang, China Timur.

Namun Han dan KCA Global tidak sadar, perusahaan tersebut mengalihkan produksi untuk KCA Global ke Xinjiang.

Han hanya mengatakan jika pabrik tersebut mengatakan kepada KCA Global jika "mereka bekerja sesuai dengan proyek pengentasan kemiskinan".

Baik I&I Hair dan OS Hair menampik laporan berita yang ceritakan pemesanan mereka merupakan bagian dari 13 ton rambut manusia yang ditemukan oleh polisi Amerika.

Baca Juga: Bisa Tampung 10.000 Orang, China Tak Hentinya Membangun Kamp Uighur Baru di Xinjiang, Kesaksian Korban Ungkap Penyiksaan dan Dipaksa Nyanyi Lagu Propaganda

Sampai saat ini, sudah ada dua perusahaan As yang jelas terlibat menerima rambut selundupan tersebut, yaitu Sky Trading di New Jersey dan Global Morado di Los Angeles.

Tiffany Gill mengatakan sangat ironis bahwa rambut palsu yang berasal dari kerja paksa tersebut digunakan oleh para komunitas Afro-Amerika, yang telah tercatat memiliki sejarah panjang atas kerja paksa, yang berpuluh-puluh tahun baru bisa dihapuskan dari AS.

Namun menurutnya kali ini bukan AS yang bersalah, tapi para pabrik di Xinjiang.

Amerika sedang mengerjakan undang-undang baru, yaitu 'Aksi Pencegahan Kerja Paksa Uighur', yang telah lolos di sidang DPR dengan dukungan penuh kedua partai pada 22 September lalu.

Baca Juga: Selalu Dituduh Langgar HAM Warga Xinjiang dan Muslim Uighur, Xi Jinping Tanggapi Terlalu Santai: Kami Perlu Mendidik Penduduk Xinjiang Tentang Bangsa China

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait