Advertorial

Termasuk Budak Wanita Kulit Hitam Diperkosa Majikan Kulit Putih, Hasil Penyelidikan DNA ini Jadi Bukti Kekejaman Perbudakan Warga Afrika di Seluruh Amerika

May N

Editor

Termasuk Budak Wanita Kulit Hitam Diperkosa Majikan Kulit Putih, Hasil Penyelidikan DNA ini Jadi Bukti Kekejaman Perbudakan Warga Afrika di Seluruh Amerika

Intisari-online.com -Perbudakan adalah salah satu sejarah kelam dunia yang kejam dan mengerikan.

Sejauh ini kita semua ketahui betapa mengerikannya perbudakan di Amerika berasal dari catatan sejarah.

Namun penelitian baru tunjukkan bukti jika peninggalan perbudakan juga ditemukan di DNA penduduk Afro-Amerika.

Mengutip CNN, studi yang dilakukan oleh perusahaan genetika 23andMe, merilis publikasi pada Kamis di American Journal of Human Genetics.

Baca Juga: Senasib dengan El Ibnu Elkasih, Gugun Gondrong Diceraikan Istrinya Saat Divonis Tumor Otak, Beginilah Kondisi Rumah yang Dihuninya Jauh dari Kemewahan

Hasil publikasi itu perlihatkan pandangan baru mengenai perdagangan budak di sepanjang Atlantik.

Konsekuensi yang ditunjukkan antara lain wanita kulit hitam diperkosa oleh majikan kulit putih mereka sampai perdagangan orang yang tidak dicatat di Amerika.

Studi ini termasuk studi terbesar yang pernah dilakukan, dengan sampel DNA yang sangat banyak dari para partisipan.

Lebih dari 50 ribu orang dari Amerika, Eropa Barat dan Afrika Atlantik menyumbangkan data genetik mereka kemudian dibandingkan dengan catatan sejarah di mana budak-budak diambil dan ditempatkan.

Baca Juga: Tolak Klaim Tiongkok Atas Laut China Selatan, Terkuak Akal Bulus Australia: Gelontorkan 3 Quadrillion Demi Saingi China untuk Kuasai India dan Wilayah Pelayaran Penting Pasifik

Data dan catatan itu kemudian menceritakan mengenai akar diaspora warga Afrika di Amerika.

Sebagian besar sampel tunjukkan DNA konsisten dengan dokumen sejarah.

Namun ada beberapa perbedaan penting yang harus dikaji ulang, sebab perbedaan itu mengungkap sejarah perbudakan di Amerika.

Tradisi pemerkosaan budak wanita

Baca Juga: Ukraina Bergejolak Akibat Munculnya Gerakan Membangun Uni Soviet Kembali, Vladimir Putin dan Pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky Mulai Bahas Kelanjutan Negara Mereka

Budak-budak yang dibawa dari Afrika ke Amerika secara tidak merata kebanyakan adalah pria, menurut catatan sejarah.

Namun data genetis tunjukkan jika budak wanita berkontribusi lebih besar pada jumlah gen yang terkumpul.

Di AS dan bagian Karibia yang dikolonisasi oleh Inggris, wanita Afrika ada sebanyak 1.5 sampai 2 kali lebih banyak dari pria Afrika.

Sementara di Amerika Latin, tingkat perbandingannya jauh lebih tinggi.

Baca Juga: Kini Sudah Menjadi Kebiasaan Banyak Orang, Berbagi Foto Makanan di Media Sosial Ternyata Menyimpan Dampak Buruk, Wah Seperti Apa Ya?

Budak wanita berkontribusi pada kumpulan gen di Amerika Latin, Karibia Latin dan bagian Amerika Selatan 13 sampai 17 kali lebih tinggi.

Merujuk bahwa keturunan Afrika di Amerika memiliki leluhur Eropa, kemungkinan besar pencampuran gen terjadi antara ayah kulit putih daripada ibu kulit putih kecuali di Karibia Latin dan Amerika Tengah.

Hal ini tunjukkan jika bias di kumpulan gen terhadap wanita Afrika dan pria Eropa berarti ada generasi pemerkosaan dan eksploitasi seksual terhadap budak wanita oleh majikan kulit putih mereka.

Mengejutkannya, hal itu tidak mengejutkan bagi warga kulit hitam yang hidup di AS, ujar Ravi Perry, profesor ilmu politik di Howard University.

Baca Juga: Selain El Ibnu Elkasih, Ini Deretan Artis yang Dicampakkan Istri Justru saat Sedang Terpuruk, Ada yang Baru Tahu saat Sadar dari Koma

Sejumlah catatan sejarah mengkonfirmasi kenyataan ini.

Namun ada pembeda sangat jelas antara yang terjadi di AS dan Amerika Latin.

AS dan negara bekas koloni Inggris secara umum memaksa budak-budak untuk menikah dan memiliki anak agar tetap ada suplai budak.

Hal itu juga yang jelaskan mengapa anak budak wanita memiliki ayah budak pria.

Baca Juga: Wanita Israel Tak Asing Bermain dengan Pistol dan Senapan, Tak Hanya 'Gagahnya di Medan Perang' Karena Jadi Prajurit Militer, Inilah 10 Fakta Menarik Lainnya!

Pemisahan di AS juga bisa menjadi salah satu faktor.

Namun di Amerika Latin ada kebijakan pemutihan ras di beberapa negara Amerika Latin, yang membawa imigran Eropa dengan tujuan melemahkan ras Afrika.

Kebijakan tersebut, serta tingkat kematian yang lebih tinggi dari laki-laki yang diperbudak, dapat menjelaskan kontribusi yang tidak proporsional ke kumpulan gen oleh perempuan yang diperbudak, catat para penulis.

Sejarah panjang perdagangan budak di Amerika

Baca Juga: Terkenal Liar, Nakal, dan Brutal, Ini 6 Makanan yang Dikonsumsi Bangsa Viking, Termasuk Telur Camar Liar, Apa Lagi?

Rupanya banyak masyarakat AS dan Amerika Latin yang memiliki leluhur orang Nigeria daripada yang selama ini dicatat.

Hal tersebut tunjukkan bahwa banyak budak yang diberangkatkan dari Nigeria ke Amerika.

Tentunya, itu kemungkinan besar adalah gambaran perdagangan budak antar kolonial yang terjadi secara besar-besaran dari Karibia yang dikuasai Inggris ke wilayah Amerika lain antara 1619 sampai 1807.

Sekali para budak Afrika sampai di Amerika, banyak yang kemudian dipindahkan ke kapal lain dan dibawa ke tempat lain.

Baca Juga: Baru Sebulan Menikah, Nyawa Wanita Ini Berakhir Tragis di Tangan Suaminya Sendiri, 'Korban Menangis dalam Beberapa Malam'

"Perjalanan kapal di antara negara Amerika yang terdokumentasi tunjukkan jika mayoritas budak dipindahkan dari Karibia Inggris ke wilayah Amerika yang lain.

"Kemungkinan hal itu adalah untuk mempertahankan ekonomi mereka, karena menjual budak lewati wilayah yang berbeda sudah dilarang."

Ketika orang-orang yang diperbudak dari Nigeria yang datang ke Karibia Inggris diperdagangkan ke daerah lain, leluhur mereka menyebar ke daerah-daerah yang tidak secara langsung berdagang dengan bagian Afrika itu.

Baca Juga: Terungkap Ribuan Potong dan 2 Boneka Perempuan dari Pakaian Wanita Ditemukan, Ternyata Pria yang Kini Buron Diduga Maling Ribuan Celana Dalam, BH, hingga Daster

Selain pemerkosaan dan pemindahan tanpa tujuan, leluhur dari wilayah Senegal dan Gambia tidak dijelaskan lebih panjang dalam studi ini.

Rupanya ada beberapa alasan mengenai itu, pertama adalah seiring berjalannya waktu, lebih banyak anak kecil dari wilayah itu dipaksa naik kapal untuk berlayar ke Amerika.

Kemudian di dalam kapal kondisi sanitasi yang tidak memadai menyebabkan malnutrisi dan penyakit-penyakit lain bermunculan.

Tentunya hanya sedikit yang bisa selamat dari hal itu.

Baca Juga: Terinfeksi Virus Corona Tak Mempan Bikin Presiden Brasil Jair Bolsonaro Berhenti Remehkan Covid-19, Baru Dinyatakan Negatif Sudah Lakukan Hal Ini

Selain itu, setelah mereka datang, mereka dibawa ke perkebunan gandum yang membuat mereka riskan terserang malaria.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait