Advertorial
Intisari-online.com -Dijadikan Budak Nafsu Sejak Dini, di Kelompok Suku Ini Perawan Tidak Ada Harganya Mereka Diberikan Cuma-cuma Hanya Karena Takut Menyangkal Dewa.
Keperawanan adalah sesuatu yang menunjukkan martabat seorang wanita.
Namun bagaimana jadinya, jika keperawanan hanya dijadikan alat persembahan untuk menyenangkan dewa dalam sebuah keyakinan.
Hal itulah memang yang terjadi di komunitas Suku Ewe di Afrika Barat ini, melakukan sebuah tradisi yang disebut Trikosi.
Beberapa negara Afrika Barat, seperti Ghana, Togo dan Benin masih mempraktikkan tradisi ini.
Melansir Eva.vn, Trikosi sendiri berasal dari kata "Kita" dan "Kosi", Kita memiliki arti Dewa, sedangkan Kosi adalah Budak.
Oleh sebab itu Trikosi adalah budak dewa atau Hamba Dewa.
Sebagian besar yang tinggal di daerah Volta Selatan, Ghana, Togo Selatan dan Benin Selatan mempraktikkan ritual Trikosi.
Namun, banyak pihak menentang ritual ini tahun 2002, 4.000 wanita dan anak-anak yang dijadikan budak nafsu dibebasakan dari 52 kuil.
Menurut keyakinan, Trikosi adalah sistem tradisional yang dilakukan, di mana seorang gadis dikirim ke kuil Troxovi, (kuil para dewa) untuk dijadikan budak.
Mereka dikirim untuk memperbaiki kesalahan keluarganya, supaya tidak mendapatkan murka Dewa.
Gadis tersebut biasanya dikirim mulai usia 6 tahun, dan harus berada di kuil seumur hidup mereka.
Namun, beberala imam di kuil kadang memperbolehkan mereka pulang sesekali, dengan catatan harus kembali lagi ke kuil.
Ketika mereka meninggal, keluarganya harus menggantinya dengan perawan baru untuk diserahkan ke kuil.
Sistem Trikosi didasarkan pada kepercayaan para dewa yang memiliki hak untuk mencari yang salah dan menghukum mereka.
Baca Juga: Dari Bentuk Mata hingga Telapak Tangan, Ini 6 Tanda yang Buktikan Wanita Sudah Tidak Perawan Lagi
Mereka yang merasa hidupnya tak adil biasanya datang ke kuil untuk menyerahkan perawan, supaya hidupnya diberkati dewa.
Ketika perawan dikirim ke kuil, diyakini mereka akan menjadi "istri para dewa" namun, ketika berada di kuil mereka juga dilecehkan dan diperkosa oleh para imam dan tetua kuil.
Imam adalah kepala kuil secara spiritual dan diamanatkan oleh roh, anak perempuan yang ditugaskan oleh imam dan tetua akan menjadi budak yang melayani kuil seumur hidup.
Jika anak-anak tersebut hamil dengan para imam,anaknya akan dikembalikan ke keluarga aslinya untuk dirawat.
Digambarkan bahwa gadis trikosi hidup dalam kemiskinan dan kelaparan.
Tahun 1998, praktik ini dikecam oleh pemerintah Ghana, yang mengeluarkan Undang-Undang yang mengkriminalisasi implementasi trikosi.
Namun, hal itu tidak cukup kuat karena pemerintah tidak cukup berani menangkap para imam kuil.
Sementara itu, literasi yang lemah membuat penduduk Afrika percaya bahwa trikosi bisa menyelesaikan bencana yang melanda daerah mereka.
Mereka juga percaya bahwa trikosi adalah bagian dari budaya Ewe yang harus dilestarikan.
Namun, LSM Ghana terus melakukan upaya untuk menentang praktik ini karena melanggar hak asasi manusia terhadap perempuan dan anak-anak.
Trikosi dipandang sebagai kejahatan, oleh organisasi Internasional, Uni Afrika, ECOWAS, Uni Eropa hingga PBB.