Intisari-online.com -Rusia telah mengirimkan ribuan pasukan ke perbatasan Ukraina yang telah menyebabkan kegentingan internasional.
Minggu ini pejabat NATO mengabarkan ke Reuters jika Kremlin merusak usaha untuk mengurangi ketegangan di tempat tersebut.
Pejabat mengatakan: "Sekutu khawatir mengenai aktivitas militer skala besar di Ukraina dan sekitarnya"
Analis Pavel Felgenhauer peringatkan jika kejadian di tempat tersebut dapat menjadi "perang dalam waktu sebulan".
Mengutip express.co.uk, pakar mengatakan Barat perlu diberitahu setelah rekaman tidak terverifikasi tunjukkan pegerakan militer di wilayah Voronezh, Rostov dan Krasnodar, Rusia.
Selama wawancara dengan media Rosbalt di Rusia, Felgenhauer mengatakan: "Krisis memiliki potensi untuk membesar menjadi perang Eropa. Bahkan bisa menjadi perang dunia.
"Namun kini, potensi. Akankah terjadi atau tidak?"
"Mari tunggu dan liat. Di Barat, mereka tidak tahu harus bagaimana terhadap itu."
Jumat kemarin, Rusia memperingatkan NATO tidak boleh mengirimkan pasukan apapun untuk membantu Ukraina.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia akan mengambil "langkah tambahan" jika NATO melakukan aksi tersebut.
Peskov mengatkaan, "Tidak heran skenario seperti itu akan menyebabkan peningkatan ketegangan dekat dengan perbatasan Rusia.
"Tentu saja, hal ini akan membuat penanganan tambahan dari Rusia untuk memastikan keamanan mereka."
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengatakan kepada BBC jika telah ada peningkatan militer Rusia di perbatasan utara dengan Rusia, sepanjang perbatasan timur dan "juga di wilayah yang diduduki secara ilegal Krimea".
Ia menambahkan jika Ukraina "sedang tidak mencari ketegangan apapun, kita tidak memerlukan perang."
Saat ditanya mengapa Rusia mungkin mendorong konflik sekarang, Felgenhauer merespon: "Berikan pertanyaan ini kepada psikoanalis, apakah aku harus menjelaskannya?
"Faktanya ada di sana, semua sudah dan sedang terjadi."
Pakah mengklaim jika semua kondisi itu dapat tersusun awal Mei ketika Rusia diharapkan mengadakan parade Alun-alun Merah untuk menandai perayaan kemenangan Perang Dunia II.
Felgenhauer curiga "sebuah keputusan sudah dibuat".
Ia juga menambahkan: "Ancamannya sedang tumbuh dengan cepat. Sebagian besar tidak didiskusikan di media, tapi kita sedang melihat tanda-tanda yang sangat buruk."
Sementara itu melansir dari Al Jazeera, Ukraina telah memerangi separatis pro-Rusia di timur Donetsk dan Lugansk sejak 2014, mengikuti aneksasi Moskow ke semenanjung Krimea.
Moskow dan Kiev minggu ini menyalahkan satu sama lain untuk meningkatknya kekerasan yang telah dihentikan dengan gencatan senjata tahun lalu.
Komentar Peskov datang setelah AS memperingatkan Rusia jangan mengintimidasi Ukraina, dengan baik Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken meminta Ukraina agar menyerukan bantuan.
Awal minggu ini Pentagon mengatakan jika pasukan AS di Eropa telah meningkatkan status siaga mengikuti "ketegangan terbaru agresi Rusia di Ukraina timur".
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Kamis lalu menuduh Rusia mengirimkan pasukan massal di perbatasan dan mengatakan 20 pasukan Ukraina telah terbunuh sejak awal tahun.
Mata-mata militer Ukraina menuduh Rusia mempersiapkan "memperluas kehadiran militer" di wilayah yang dikuasai oleh separatis.
Moskow berulang kali menampik mengirim pasukan dan senjata untuk mendukung para separatis.
Kremlin sendiri mengatakan Rusia bebas memindahkan pasukan di wilayah mereka.
"Rusia bukanlah anggota konflik," ujar Peskov Jumat lalu, menuduh pasukan bersenjata Ukraina memprovokasi aksi seungguhnya.
Pejabat senior Rusia juga menolak laporan menyerang Ukraina sebagai "palsu".
"Rusia tidak tertarik konflik apapun dengan Ukraina, terutama militer," ujar deputi menlu Andrei Rudenko kepada agensi berita negara RIA Novosti.
Peperangan di wilayah itu telah membunuh lebih dari 13 ribu warga, termasuk dari PBB.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini