Intisari-Online.com - Indonesia termasuk negara yang tidak mengklaim Laut China Selatan.
Ini karena Indonesia punya kepulauan Natuna, sebuahprovinsi Kepulauan Riau.
Dilansir darireuters.com pada Jumat (2/4/2021), di pulau Natuna, ada Ranai,kota terbesar di kepulauan Natuna yang terpencil dan berpenduduk jarang di Indonesia.
Luas Ranai hanya 12.000 m2 dan hanya memiliki sedikit mobil serta hanya dua set lampu lalu lintas.
Pantai-pantai terdekat terbentang bersih dan kosong, menunggu turis.
Di sekitar Ranai,157 pulaulainnya sebagian besar tidak berpenghuni yang tersebar di lepas pantai barat laut Kalimantan.
Lokasinya dekat dengantitik api sengketa atas kepemilikan Laut China Selatan, salah satu jalur air tersibuk di dunia.
Tapi justru itulah yang ditakuti banyak orang.
Mereka tahu bahwa Natunabak seperti hadiah yang luar biasa. Perairannya yang kaya ikan secara rutin dijarah oleh kapal pukat asing.
Terletak tepat di dalam zona ekonomi eksklusif 200 mil laut adalah ladang gas Natuna Timur, salah satu cadangan terbesar di dunia yang belum dimanfaatkan.
Tak heran Natuna menjadi perebutanteritorial antara tetangga Asia Tenggara dan raksasa regional China.
Kementerian luar negeri Indonesia sendiri menegaskan tidak ada masalah dengan China atas status Natuna.
Tetapi militer Indonesia dalam beberapa bulan terakhir mengeluarkan nada yang lebih tegas bahwa China tidak bisa mendekati Natuna.
Apalagi mengingatmeningkatnya ketegangan maritim antara China dan Filipina dan Vietnam.
Oleh karenanya, militer Indonesia mengirim lebih banyak pasukan ke Natuna untuk mengantisipasi ketidakstabilan di Laut China Selatan dan berfungsi sebagai sistem peringatan dini bagi Indonesia.
Angkatan udarajuga berencana untuk meningkatkan pangkalan udara Ranai untuk menampung jet tempur dan helikopter serang.
Ini karena, tak seperti di Vietnam dan Filipina,armada penangkapan ikan Indonesia-lah yang bisa menilai jahatnya sikap maritim China.
Stok ikan Natuna anjlok dengan kedatangan kapal pukat jaring besar dari China, Vietnam, Thailand dan Taiwan, kata Rusli Suhardi (40), pemimpin koperasi nelayan setempat.
“Sebelum 2010, kami bisa menangkap 100 kg ikan sehari. Sekarang butuh tiga hari untuk menangkap jumlah itu, ”ujarnya.
Sebuah teluk di dekatnya dipenuhi dengan bangkai kapal yang hancur.
Sebagian besar merupakan kapal pukat Vietnam disita oleh pihak berwenang Indonesia karena menangkap ikan secara ilegal.
Tapitidak ada kapal pukat China yang membusuk di kuburan laut itu dan itu bisa jadi bukti bukti kekuatan maritim China yang berkembang.
China memang tidak pernah menyela maritim Indonesia. Namun walau begitu, kita harus berhati-hati.