Lembaga ini disebut tidak menjelaskan keputusannya secara terbuka.
Hal ini membuat para ahli berspekulasi tentang alasan di balik setiap “operasi pemblokiran.”
"Sulit untuk menebak apa yang ada dalam pikiran (Partai Komunis China)," kata Phong.
Penjelasan yang paling mungkin menurut peneliti itu adalah, Jawa Pos mungkin menyentuh salah satu sensitivitas terbesar China.
Contohnya terkait konten hak asasi manusia atau pornografi, sehingga terjaring sebagai subyek sensor.
Pemimpin redaksi Jawapos.com yang juga memberikan keterangan pada Rest of World mengatakan tidak dapat memahami motivasi pemblokiran portal beritanya.
“Ini aneh karena kedutaan China secara aktif mengundang kami untuk konferensi pers atau mengirimkan berbagai kabar terbaru dari mereka."
"Komunikasi terakhir kami dengan kedutaan adalah minggu lalu," kata kepada Rest of World.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR