Intisari-online.com -Pertamina kembali menjadi tajuk utama pemberitaan di bulan ini, setelah bulan sebelumnya mencuri perhatian saat pemberitaan kilang minyak baru di Tuban.
Bulan lalu, Pertamina berhasil membebaskan lahan dengan membeli total 821 hektar tanah warga di Tuban.
Tanah tersebut digadang-gadang akan menjadi lokasi kilang minyak baru yang dibangun Pertamina bersama perusahaan minyak Rusia, Rosneft.
Pertamina sudah menargetkan produksi meningkat dimulai tahun 2024 mendatang dengan tambahan produksi dari kilang minyak Tuban, yang mampu menangani kapasitas produksi sampai 300 ribu barel per hari.
Namun keuntungan ini harus sedikit tertunda karena kejadian tidak terduga baru-baru ini.
Senin 29/3/2021 lalu, sebanyak 4 tangki di kilang minyak Balongan, Indramayu, Jawa Barat, terbakar sejak 00:45 dini hari.
Kabarnya, api belum sepenuhnya padam.
Kini investigasi kebakaran empat tangki ini masih berlanjut.
Pertamina memastikan ada potensi kehilangan produksi sebesar 400 ribu barel akibat mandegnya operasi kilang Balongan untuk beberapa waktu ke depan.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov mengatakan, dengan potensi kehilangan produksi sebesar itu, hitungan kerugian yang diderita Pertamina bisa mencapai US$ 8 juta.
"Dengan asumsi biaya produksi BBM 1 barel sekitar US$ 20 maka volume 400.000 barel itu kurang lebih US$ 8 juta atau sekitar Rp 115 miliar," kata dia Abra dikutip dari Kontan.co.id, Selasa (30/3).
Abra menambahkan, potensi kerugian tersebut belum memperhitungkan potential loss dari produksi total Kilang Balongan.
Menurut dia, Pertamina telah memastikan akan menggantikan produksi yang hilang dari Kilang Balongan dengan mengoptimalkan produksi dari dua kilang lain yakni Kilang Cilacap dan Kilang TPPI.
Akan tetapi, belum dapat dipastikan apakah pengoptimalan produksi dari dua kilang tersebut dapat menutupi kehilangan produksi dari Kilang Balongan.
"Belum juga kalkulasi terkait kerusakan aset kilang yang terbakar," lanjut Abra.
Meski begitu, dia menilai kerugian dari aset yang terbakar mungkin tertutupi dari asuransi.
Di sisi lain, Pertamina juga berpotensi menanggung ganti rugi kepada masyarakat atas kerusakan pemukiman akibat insiden yang terjadi pada Senin (29/3) dini hari tersebut.
Abra menilai, dampak lebih lanjut dari insiden kebakaran di Kilang Balongan yakni reputasi Pertamina dalam industri migas.
Terlebih Pertamina tercatat tengah menggarap sejumlah proyek infrastruktur migas khususnya kilang minyak.
Insiden ini sejatinya dapat menjadi momentum bagi Pertamina untuk tetap menarik investor.
Langkah pertama yang dapat dilakukan yakni dengan melakukan investigasi dan menyampaikan secara transparan mengenai kondisi yang ada.
"Dengan mitigasi risiko yang sudah berjalan maka dapat menjadi resiko yang terukur. Selain itu, menunjukkan Pertamina berdaya tahan terhadap insiden," jelas Abra.
Menurut dia, hal ini sudah terlihat dari konfirmasi Pertamina soal pasokan BBM yang terjaga.
Selain itu, dari kejadian ini juga terlihat bahwa masih ada kebutuhan pembangunan kilang dalam negeri.
Apalagi, selama ini sekitar 60% kebutuhan BBM dalam negeri masih bersumber dari impor.
"Artinya investor juga lihat urgensi pengembangan dan pembangunan kilang masih tinggi sehingga prospek masih menjanjikan ke depan," sambung Abra.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini