Intisari-Online.com - Belanja besar-besaran China untuk pertahanan dan persenjataan militer membuat para pejabat dan pakar AS mengemukakan kekhawatiran bahwa AS tidak akan bisa membela Taiwan dalam perang.
Belanja pertahanan China tahun ini diperkirakan naik 6,8 persen, sedikit naik dari peningkatan tahun lalu.
Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan dana tersebut akan memperkuat kekuatan China "melalui reformasi, sains dan teknologi dan pelatihan personel yang cakap".
Dia menambahkan, menurut Pemerintah China: "Kami akan meningkatkan pelatihan dan kesiapsiagaan militer di semua bidang, membuat rencana keseluruhan untuk menanggapi risiko keamanan di semua area dan untuk semua situasi, dan meningkatkan kapasitas strategis militer untuk melindungi kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangunan negara kita."
Xi Jinping juga berulang kali mengatakan kepada pasukan Tentara Pembebasan Rakyat untuk siap berperang "setiap saat" tahun ini.
Melansir Express.co.uk, Minggu (28/3/2021), David Ochmanek, mantan pejabat senior Departemen Pertahanan dan asisten permainan perang (war games) untuk Pentagon di think tank RAND Corp, mengatakan AS sering kalah dalam simulasi konflik dengan China.
Beijing memandang Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri dan berambisi untuk mempersatukannya kembali dengan China daratan.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR