Intisari-Online.com - China sepertinya benar-benar memegang ucapannya.
Sebelumnya, pemerintah China sudah mengatakan bahwa jika Taiwan bersikeras mengumumkan kemerdakaannya, maka itu berarti perang.
Dan hingga saat ini, Taiwan masih keukeuh dengan bahwa mereka adalah negara merdeka dan memiliki pemerintahannya sendiri.
Disebutkan China dan Taiwan memang berpisah sejak tujuh dekade lalu.
Namun China tidak pernah menerimanya dan akan terus menanggap Taiwan sebagai salah satu provinsi milik mereka.
Perkataan China dibuktikan dengan invasi besar-besaran ke tanah Taiwan.
Seperti yang baru terjadi.
Dilansir darireuters.com pada Sabtu (27/3/2021), 20pesawat militer China memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan pada hari Jumat kemarin.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan itu adalahserangan terbesar yang pernah terjadi.
Dan itu menandai memang adapeningkatan ketegangan yang dramatis di Selat Taiwan.
Untuk berjaga-jaga,Angkatan Udara Taiwan telah mengerahkan rudal untuk memantau serangan ke bagian barat daya zona identifikasi pertahanan udaranya.
Merekajuga memperingatkan pesawat China melaluisambungan radio.
Apa yang dilakukanAngkatan Udara China sepertinya merupakan balasansejak Kementerian Pertahanan Taiwan mulai mengungkapkan laporan pesawat China sering nyelonong.
Ya, memang hampir setiap haripesawat militer China melewat perairan antara bagian selatan Taiwan dan Kepulauan Pratas yang dikuasai Taiwan di Laut China Selatan sejak tahun lalu.
Bahkan beberapa pesawat China terbang di wilayah udara di selatan Taiwan dan melewati Bashi Channel yang memisahkan pulau itu dari Filipina.
Apa rencana China? Benarkah mereka ingin menyerang Taiwan?
Pejabat keamanan Taiwan mengatakan bahwa militer China sedang melakukan latihan yang akan mensimulasikan operasi terhadap kapal perang Amerika Serikat (AS) yang berlayar melalui Selat Bashi.
China memang telah meningkatkan aktivitas militer di dekat pulau demokrasi itu dalam beberapa bulan terakhir.
Padahal tindakan itu menurut Taiwan sangat membahayakan stabilitas regional.
Apalagi pesawat tempur China yang memasuki wilayah Taiwan bukanlah sembarang pesawat.
Pesawat tempur China yang lewat pada kemarin siang ituterdiri dari empat pembom H-6K berkemampuan nuklir dan 10 jet tempur J-16.
Hingga kini, belum ada komentar langsung dari kementerian pertahanan China.
Tapi Beijing secara rutin mengatakan latihan semacam itu bukanlah hal yang aneh dan dirancang untuk menunjukkan tekad negara untuk mempertahankan kedaulatannya.
Buruknya lagi, kemarin Taiwan dan AS menandatangani perjanjian pertama mereka di bawah pemerintahan Presiden baru Joe Biden.
Di mana keduanya membentuk Kelompok Kerja Penjaga Pantai untuk mengoordinasikan kebijakan, setelah China mengesahkan undang-undang yang memungkinkan penjaga pantainya menembaki kapal asing.
MeskipunAStidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, AS tetap terikat oleh undang-undang untuk membantu Taiwan mempertahankan diri dan merupakan pemasok senjata utama pulau itu.