Advertorial
Intisari-online.com -Siapa yang tidak kenal dengan cerita Kera Sakti?
Kisah mengenai Biksu Tong Sam Cong yang lakukan perjalanan ke Barat bersama murid-muridnya Sun Wukong, Zhu Bajie, dan Sha Wujing untuk mencari kitab suci.
Siapa sangka, cerita itu rupanya ada versi nyatanya.
Kera Sakti yang judul aslinya Journey to the West, didasarkan pada kisah biksu China yang melakukan perjalanan dari Timur ke Barat.
Dilansir dari Asia Society, kehidupan dan petualangan biksu China yang melakukan perjalanan 17 tahun untuk mengajarkan Budha dari India ke China.
Ialah Xuanzang, yang pada tahun 629 Masehi yang ingin pergi ke barat ke India untuk belajar banyak tentang Budha.
Namun saat itu, kaisar telah melarang bepergian keluar dari China.
Xuanzang menghormati otoritas dan dia berupaya dengan keputusan apakah akan melakukan perjalanan tersebut.
Xuanzang, pria cerdas dan taat pada akhirnya yakin jika pergi ke India hanya satu-satunya cara menjawab pertanyaan yang mengganggu para umat Budha di China.
Ia memulai perjalanan 17 tahun itu, sebagian besar dihabiskan, sebagian dihabiskan sebagai buronan dan bepergian di bawah samaran.
Xuanzang bepergian lewati Jalur Sutra, dan ia selamat melalui Gurun Taklamakan yang berbahaya dan lanjutkan melalui pegunungan yang berbahaya, Tian Shan.
Jalur Sutra membuatnya melewati berbagai negara yang dipimpin pemimpin kuat, terkadang ingin menangkapnya di kerajaan mereka daripada perbolehkan ia lewat.
Kepintaran dan kesetiaannya yang tenang kepada Budha meyakinkan pemimpin itu membantunya mencapai India.
Ia mengalami berbagai petualangan saat ia melakukan perjalanan menuju India, lewati Nepal, rumah dari Budha, dan kemudian ke Nalanda tempatnya menghabiskan bertahun-tahun lamanya tinggal dengan guru-guru terbaik dan pemikir saat itu.
Sebelum ia kembali ke rumah, Xuanzang telah mengajak perompak yang mencoba menjarah dan membunuhnya untuk masuk ke Budha.
Ia juga selamat dari angin topan yang mematikan dan memenangkan Debat Besar di depan ribuan orang India.
Perjalanan kembalinya tidak kalah sulit dan ia dengan pelan-pelan kembali dari belajar, mengajar dan memahami mengenai budaya orang-orang yang bertemu di sepanjang perjalanannya.
Meski begitu ia masih menjadi buronan di kampung halamannya, China, karena ia pergi tanpa izin.
Xuanzang menulis surat ke kaisar menggambarkan apa yang ia pelajari dan hasilnya, kaisar tidak hanya menerimanya kembali, tapi menunjuknya sebagai penasihat pengadilan.
Sisa dari kehidupan Xuanzang dihabiskan mengajar, menjadi penasihat dan menerjemahkan manuskrip yang ia buat saat perjalanan pulang.
Mengikuti perjalanannya, ajaran agama Budha menjadi lebih lazim dan lebih luas dipahami di China dan selanjutnya di tempat lain di dunia.
Catatan perjalanan ziarahnya membantu orang-orang memahami agama Buddha dan budaya di sepanjang Jalur Sutra.
Menurut Nations Online, dalam novel Journey to the West, ia terus-terusan diteror oleh monster dan setan karena menurut legenda, mereka tidak bisa mati jika memakan daging manusia suci.
Sementara ia tidak bisa bertarung, ia diapit oleh tiga muridnya yang kuat.
Mereka adalah monster yang telah bersumpah melindungi Xuanzang dalam perjalanannya menebus dosa-dosa mereka di Surga.
Asal dari Sun Wukong masih diperdebatkan.
Namun Zhu Bajie dan Sha Wujing dan kuda yang dikendarai Xuanzang adalah dewa kecil di Surga yang diturunkan di Bumi atas kesalahan mereka.
Xuanzang lahir di Chen Yi (600-664) dan kembali lewat rute selatan dari perjalanannya pada 645.
Berdasarkan permintaan Kaisar Tang Taizong (626-649) ia menyusun penggambaran tempat-temat yang ia lewati.
Buku itu kini dikenal dengan nama "Catatan Wilayah Barat".
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini