Intisari-online.com -Pembicaraan mengenai senjata nuklir masih menjadi topik yang menarik.
Ada sedikit narasi ketidakadilan mengenai negara mana yang boleh memiliki senjata nuklir dan negara mana yang tidak boleh memiliki senjata nuklir.
Indonesia adalah satu negara yang tidak memiliki senjata nuklir.
Sementara itu sejarah tentang senjata nuklir tentunya melibatkan pengujian senjata nuklir.
Seperti yang pernah terjadi di negara tetangga Indonesia ini.
Kisah ini baru sedikit diketahui manusia, dan ironisnya, negara yang terlibat bukanlah negara pemilik senjata nuklir tersebut.
Mereka hanyalah tumbal keserakahan orang lain.
Mengutip ABC News, tempat pengujian itu dilaksanakan di Maralinga.
Pengujian senjata nuklir dilakukan lebih dari 60 tahun yang lalu.
Maralinga terdapat di Australia, tepatnya 54 kilometer barat laut Ooldea, di Gurun Victoria.
Antara tahun 1956 dan 1962 Inggris meledakkan tujuh bom atom di situs tersebut.
Salah satunya berukuran dua kali lebih besar dari bom yang dijatuhkan di Hiroshima.
Juga ada 'pengujian kecil' ketika para petugas membakar atau meledakkan plutonium dengan TNT.
Hal itu dilakukan semata-mata untuk melihat apa yang akan terjadi.
Satu lokasi bernama 'Kuli' masih tidak bisa dikunjungi secara bebas sampai saat ini, karena tidak mungkin untuk dibersihkan.
Penulis Mike Ladd menceritakan pengalamannya ke situs pengeboman lawas dengan kelompok warga Maralinga Tjarutja, yang lebih memilih menyebut tempat itu sebagai "Mamu Pulka", bahasa lokal untuk "Setan Besar".
"Ayahku meninggal dengan leukimia. Kami tidak tahu jika itu dari sini, tapi banyak waktu yang ia gunakan di sini," ujar Jeremy Lebois, ketua dewan Maralinga Tjarutja.
Sementara itu 30% pasukan Inggris dan Australia terpapar ledakan itu juga akhirnya meninggal dunia karena kanker, meskipun komisi kerajaan McClelland tahun 1984 kesulitan menyimpulkan jika masing-masing kasus secara spesifik disebabkan oleh pengujian tersebut.
Ladd mengatakan Anda harus ada di tempat ledakan itu untuk merasakan sisa-sisa kekuatan bom tersebut.
Sampai sekarang, tanaman tidak tumbuh dalam lingkaran sempurna dengan radius 1 kilometer.
"Tanah di bawah sini masih steril, sehingga ketika tanaman tumbuh di jarak tertentu, mereka mati," ujar Robin Matthews, yang menjadi pemandu situs tersebut.
Baja dan menara beton yang digunakan untuk meledakkan bom secara langsung menguap.
Pasir merah gurun itu meleleh menjadi kaca hijau yang masih menyampahi situs itu sampai sekarang.
Dulu masih berbahaya untuk kunjungi wilayah tersebut, tapi kini radiasi yang ada di tempat itu hanya 3 kali dari biasanya, tidak lebih dari radiasi yang Anda dapat jika terbang dengan pesawat.
Garis Api
Australia bukanlah pilihan pertama untuk dijadikan tumbal Inggris, tapi dipukul mundur oleh AS dan Kanada.
Perdana Menteri Australia saat itu, Robert Menzies, menyetujui pengujian itu tanpa berbicara atas keputusan itu dengan kabinet dahulu.
David Lowe, kepala sejarah kontemporer di Universitas Deakin berpikir Australia berharap untuk menjadi negara bersenjata nuklir sendirinya dengan berbagi teknologi Inggris, atau setidaknya menjadi tumbal Inggris.
"Saat itu banyak pemimpin dunia Barat dengan tulus berpikir ada risiko nyata dari perang dunia ketiga, yaitu nuklir," ujarnya.
Bom diuji di Pulau Montebello, Lapangan Emu, Maralinga.
Di Woomera di gurun Australia Selatan, mereka menguji rudal yang dapat membawa mereka.
Roket Blue Streak dikembangkan dan ditembakkan tepat di tengah Australia, dari Woomera sampai Samudra Hindia, selatan Broome.
Ini disebut dengan "Garis Api".
"Garis Api dari Woomera sampai Broome adalah, lucunya, berjarak sama dengan London ke Moskow," ujar Matthew.
Dan persis seperti warga Maralinga Tjarutja yang diusir dari tanah mereka untuk tes bom, warga Yulparitja juga diusir dari negara mereka yang berada di zona pendaratan selatan Broome.
Tidak semua roket Blue Streak mencapai laut.
Beberapa mendarat secara kasar di gurun Australia Barat.
Komisi Kerajaan McClelland tunjukkan jika Inggris lebih angkuh tentang kondisi cuaca selama uji coba bom dandampak itu terjadi lebih jauh dari radius 100 mil yang disepakati, mencapai Townsville, Brisbane, Sydney dan Adelaide.
"Sikap angkuh terhadap penduduk Pribumi Australia sangat mengerikan dan Anda harus mengatakan sampai batas tertentu yang meluas ke orang-orang Inggris dan Australia," kata Profesor Lowe.
Ada juga pertanyaan tentang apakah orang-orang di lokasi uji sengaja terpapar radiasi.
"Anda tidak bisa tidak bertanya-tanya sejauh mana ada minat yang disengaja pada hasil medis dari bahan radioaktif yang memasuki tubuh," kata Profesor Lowe.
"Beberapa dari hal ini masih dibatasi; Anda tidak bisa mendapatkan semua materi tentang pengujian dan sangat mungkin pemerintah [Inggris dan Australia] akan berusaha keras untuk memastikan bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini