Advertorial
Intisari-online.com -Laut China Selatan tidak diragukan lagi menjadi wilayah paling diperebutkan di Indo-Pasifik saat ini.
Perairan bersama itu sebenarnya menjadi zona ekonomi eksklusif bagi beberapa negara terutama Taiwan, China, dan negara-negara ASEAN.
Meski begitu, China menginginkan hampir seluruh perairan Laut China Selatan menjadi milik mereka.
China menginginkan Laut China Selatan untuk jadi tempat pembangunan pangkalan militer mereka.
Pembangunan pangkalan militer ini sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh China saja.
Mengutip South China Morning Post, penuntut yang telah menduduki sebagian besar Laut China Selatan terutama adalah China, Vietnam dan Filiipina.
Masing-masing telah membangun fasilitas militer di pulau-pulau dan karang yang mereka duduki, dan membangun di pulau buatan yang sudah dibuat mereka.
'Ekspansi China yang besar-besaran'
Sejak 2014, China telah meningkatkan kehadiran militernya secara besar-besaran di wilayah itu.
Mereka telah membangun infrastruktur militer di Pulau Spratly dan Paracel.
Termasuk yang dibangun itu radar dan jajaran komunikasi baru, landasan udara dan hanggar untuk pesawat tempur, dan sistem rudal jelajah permukaan-ke-udara dan anti-kapal, sesuai laporan dari Center for Strategic and International Studies Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI).
Seluruh Kepulauan Paracel, termasuk 20 pulau-pulaunya, diduduki oleh China, seperti halnya 7 pulau Spratly.
Scarborough Shoal juga sudah berada di bawah kendali China sejak 2021 lalu, tapi belum mendapat pembangunan apapun sampai saat ini.
AMTI melaporkan telah ada "ekspansi besar-besar dari kehadiran China" di Paracel.
China mereklamasi sebesar 1300 hektar lahan di Spratly, dan telah memiliterisasi karang Fiery Cross Reef, yang memiliki landasan udara, sementara fitur yang diklaim lainnya di grup itu aslinya adalah tonjolan atau terumbu karang saja.
Di antara itu semua, karang Mischief dan Subi telah diperluas menjadi pulau terbesar di sepanjang wilayah itu bersama dengan Fiery Cross.
Ketiganya kemudian disebut menjadi "tiga besar".
'Ibu kota pos militer buatan China'
Subi adalah pulau buatan China terbesar di Kepulauan Spratly.
Tiga Besar memiliki fasilitas militer yang mirip, termasuk penyediaan rudal, jalur landasan pacu, fasilitas penyimpanan luas dan radar militer, menurut Reuters.
Pulau itu juga memiliki infrastruktur sipil.
Telah ada jumlah kecil reklamasi di Kepulauan Paracel.
Pulau Woody telah mengalami ekspansi terbesar, dengan kini sudah ada pelabuhan dan pangkalan udara.
Dikabarkan jika Pulau Woody telah menjadi ibukota militer dan administratif untuk semua klaim China di Laut China Selatan.
China menggunakan Pulau Woody sebagai stasiun pengawasan untuk melindungi pangkalan militer di pulau terdekatnya, menurut Reuters.
Jet tempur dan pesawat pembom telah dikirim ke pulau tersebut.
Pembangunan Vietnam
Vietnam juga ternyata ikut membangun di Laut China Selatan, dengan kabarnya ada pos terdepan di sepanjang 27 titik di Kepulauan Spratly.
10 dari titik-titik itu adalah pulau kecil, sementara lainnya adalah karang yang timbul atau tepi karang.
Vietnam telah mereklamasi setidaknya 48 hektar lahan Laut China Selatan, menurut lembaga penelitian Washington Pusat Studi Strategi Internasional.
Kepulauan Spratly adalah pos terdepan terbesar Vietnam dan pusat administrasinya di Laut China Selatan.
Mereka sudah mereklamasi sekitar 16 hektar lahan dengan mengeringkan terumbu karang di sekitarnya untuk menambah luasan alami sebesar 6 hektar.
Pulau itu telah menjadi landasan udara satu-satunya milik Vietnam di Laut China Selatan, hangar besar dan pelabuhan yang dilindungi.
Sejumlah bangunan di pulau itu dilapisi dengan panel surya, dan fasilitas intelijen maupun komunikasi telah dipasang di Spratly dan pulau besar lain yang dimiliki Vietnam, menurut laporan AMTI.
Vietnam telah membangun 24 benteng seperti kotak pil di atas terumbu karang bawah laut.
Banyak dari struktur kecil dan terisolasi ini, yang sulit dipertahankan atau disuplai kembali, telah diperluas atau ditingkatkan sejak 2013.
Catatan AMTI menunjukkan bahwa Vietnam telah membangun 14 dari apa yang disebutnya "stasiun layanan ekonomi, ilmiah dan teknologi" di bank-bank terendam yang terletak di ladang minyak dan gas, 12 di antaranya telah diperluas sejak 2013 dengan struktur multistorey dan helipad.
Vietnam dan juga China menganggap tepi-tepi itu bagian dari landasan kontinen.
Sembilan titik milik Filipina
Sembilan pulau dan terumbu karang di rantai Spratly ditempati oleh Filipina, yang telah membangun sembilan pos terdepan.
Laporan AMTI pada 2019 mengatakan pihaknya mereklamasi 3 hektar lahan di pulau-pulau itu.
Yang terbesar dari fitur yang diduduki ini adalah Pulau Thitu - yang dikenal sebagai Pagasa di Filipina - yang merupakan rumah bagi sejumlah kecil personel militer dan sekitar 100 warga sipil, menurut AMTI.
Itu juga merupakan pusat pemerintahan Kalayaan, sebuah kotamadya yang terdiri dari Thitu dan delapan fitur lain yang ditempati Filipina di Spratly.
Thitu membanggakan satu-satunya landasan udara Filipina di daerah itu - meskipun permukaannya buruk, namun perbaikannya telah lama tertunda.
Pemerintah Filipina juga berencana membangun pelabuhan perikanan, pabrik desalinasi, panel tenaga surya, dan fasilitas penelitian kelautan di Thitu.
Mereka telah membangun tempat penampungan, helipad dan mercusuar di fitur lain di Spratly.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini