Penulis
Intisari-online.com - Seperti kita tahu, hubungan Filipina dan Amerika mengalami pasang surut sejak kepemimpinan Rodrigo Duterte.
Namun, bukan berarti Filipina memihak China karena mereka juga memiliki masalah di Laut China Selatan.
Bahkan, Filipina tak segan memberikan dukungan militer untuk melawan China jika diperlukan.
Salah satunya dengan mendatangkan rudal hipersonik tercepat di dunia, untuk membuat China ketakutan.
Menurut 24h.com.vn, Sabtu (6/3/21), Filipina tidak takut kehilangan uang untuk membeli rudal tercepat di dunia ini.
Tujuannya hanya untuk melawan China jika di Laut China Selatan.
Pada Selasa (3/3), Wakil Menteri Pertahanan Filipina Raymund Elefante dan Duta Besar India Shambu Kumaran.
Menandatangani perjanjian untuk membantu Manila memiliki rudal BrahMos PJ-10 yang terkenal.
Menurut para ahli, rudal supersonik BrahMos PJ-10 yang dibeli dari India dapat membantu Filipina memperkuat kemampuannya dalam melindungi perairan pesisir.
Diproduksi bersama oleh Rusia dan India, BrahMos PJ-10 adalah rudal hipersonik tercepat yang tersedia saat ini.
Rudal ini memiliki jangkauan 290 km dan terbang dengan tiga kali kecepatan suara.
Menurut media India, BrahMos PJ-10 memainkan peran penting dalam membantu negara untuk menghalangi China di wilayah perbatasan yang disengketakan.
Para analis mengatakan bahwa China akan memantau dengan cermat perjanjian jual beli rudal tersebut.
"Rupanya Filipina ingin membidik China saat harus memesan BrahMos PJ-10," kata kata Jose Antonio Custodio pakar keamanan dan pertahanan di ADR Stratbase Research Institute (Filipina).
"Kami membutuhkan rudal ini untuk memperkuat pertahanan kami melawan China di Laut China Selatan," tambahnya.
BrahMos PJ-10 memiliki daya rusak yang besar dan sulit untuk dicegat.
Mereka biasanya dipasang di peluncur darat, tetapi juga bisa dipasang di kapal perang.
Filipina tidak memiliki anggaran untuk membangun banyak kapal perang baru.
"Kami hanya dapat meningkatkan senjata di kapal," kata Custodio.
"Namun, peralatan rudal baru hanya membantu meningkatkan kemampuan pertahanannya, tetapi tidak cukup untuk menghalangi China di Laut China Selatan, "tambahCustodio.
Oktober lalu, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengakui bahwa negara tersebut belum memenuhi seperempat untuk mencapai "kapasitas pertahanan yang kredibel".
Menurut Custodio, Filipina telah menargetkan pembelian rudal BrahMos PJ-10 selama bertahun-tahun.
New Delhi juga dikatakan memberi Manila pinjaman lunak 100 juta dollar AS untuk pembelian roket.
"Rencana ini sudah lama. Mungkin dari pemerintahan mantan Presiden Benigno Aquino III (2010-2016). Angkatan Laut Filipina selalu menunjukkan minat pada BrahMos," kata Custodio.
Tahun lalu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan lebih baik Filipina mengejar "upaya diplomatik" dengan China atas sengketa Laut China Selatan.
"China memiliki senjata. Kami tidak memilikinya, itu sederhana," kata Mr. Dutertes.