Penulis
Intisari-Online.com - China mengklaim 80% wilayah Laut China Selatan sebagai miliknya.
Tentu saja klaim China dibantah sejumlah negara tetangganya.
Salah satunya adalah Filipina.
Selain China, Filipina juga menggantungkan hidup sumber dayanya di Laut China Selatan.
Sehingga perairan termahal di dunia menjadi sumber kehidupan sebagian besar warga Filipina.
Nah, ketika China mulai kembali menegaskan klaim mereka hingga mengancam negara lain, Filipina tak tinggal diam.
Apa yang dilakukan negara tetangga Indonesia ini?
TernyataFilipina ingin mempertahankan Perjanjian Kunjungan Pasukan (VFA) dengan Amerika Serikat (AS).
Ini terjadi ketika pejabat pertahanan kedua negara bertemu untuk menyelesaikan perbedaan atas pakta yang jadi inti strategi Washington di Asia.
Pertemuan pada Kamis (11/2/2021) di Manila antara pejabat AS dan Filipina setelah Presiden Rodrigo Duterte secara sepihak membatalkan VFA yang telah berusia dua dekade pada tahun lalu.
Itu sebagai respons atas penolakan Amerika atas visanya.
Namun, periode penarikan VFA telah Manila perpanjang dua kali, untuk menciptakan apa yang pejabat Filipina katakan sebagai jendela untuk kesepakatan yang lebih baik.
"Kami di Departemen Pertahanan dan Angkatan Bersenjata, perasaan umumnya adalah agar VFA terus berlanjut," kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana kepada saluran beritaANC,seperti dikutipReuters.
Pertemuan tersebut adalah yang pertama di bawah Pemerintahan Presiden Joe Biden, yang telah menegaskan kembali aliansi tersebut dalam menghadapi ketegasan China yang meningkat di Laut China Selatan.
Meningkatkan kemampuan pasukan Filipina
Lorenzana menyatakan, VFA, yang menetapkan aturan untuk tentara AS yang beroperasi di Filipina, sangat penting dalam meningkatkan kemampuan pasukan Filipina yang kekurangan sumber daya melalui serangkaian latihan tahunan bersama.
Penekanan kepentingan AS juga datang dari Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin selama pembicaraan melalui telepon dengan Lorenzana pada Rabu (10/2/2021).
Hubungan antara AS dan Filipina diperumit oleh kenaikan Duterte ke tampuk kekuasaan pada 2016.
Serta pernyataannya yang sering mengecam kebijakan luar negeri Washington juga pelukan terbukanya terhadap China.
Tapi, sementara hubungan Filipina-AS "selalu kuat", Lorenzana menyebutkan, Manila "tidak boleh dibuat untuk memilih" antara Washington dan Beijing.
Lorenzana juga telah menyatakan keprihatinan tentang undang-undang baru China yang mengizinkan penjaga pantai untuk menembaki apa yang dianggapnya sebagai ancaman.
“Saya memberi tahu Menteri Austin, kami tidak ingin ada kesalahan perhitungan atau kecelakaan di Laut China Selatan karena kami berada tepat di tengah konflik,” ujar Lorenzana.
(kontan.co.id)