Seiring berjalannya waktu, Sumbulan ibarat kampung mati dan sunyi. Pada tahun 1971, saat Sumarno masih kecil, bangunan pesantren telah roboh.
Sehingga semua santri dan warga berpindah ke daerah lain. Alasannya, selain pondok pesantrennya yang sudah tidak ada.
Daerah Sumbulan juga terpencil. Wilayahnya dikelilingi sungai, hanya batas bagian timur yang berbatasan dengan sawah, yang menjadi akses satu-satunya menuju Dusun Sumbulan.
“Namun sebagian sisa-sisa peninggalan masih ada, sebagai sejarah pesantren Sumbulan. Diantaranya kitab kuno serta Al Qur’an yang masih tersimpan rapi,” pungkasnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR