Intisari-Online.com - Ir. Soekarno merupakan Presiden pertama Indonesia.
Bung Karno, sapaan akrabnya, juga dijuluki Bapak Proklamator Indonesia.
Putra Sang Fajar itu lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 dan meninggal dunia di Jakarta, 21 Juni 1970.
Walau telah lama meninggalkan dunia ini, nyatanya sosok Soekarno tak akan pernah lekang olehzaman.
Dikenal sangat karismatik dan pandai berpidato, ternyata dalam kondisi Soekarnotak sungkan-sungkan mengatakan sesuatu yang menurut orang lain mungkin “tak sopan”.
Hal itu disampaikan olehpengawal pribadi Presiden Soekarno, Maulwi Saelan, seperti tertulis dalam bukuMaulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno.
Dia juga tak segan-segan meminta sesuatu yang “tak lazim” bagi seorang pemimpin sebuah negara, misalnya ketika harus meminjam uang.
“Kalau enggak ada uang dia bilang,” ujar Maulwi.
Baca Juga: Ditangkap KPK dan Jadi Tersangka,Ternyata Kekayaan Edhy Prabowo Ditaksir Capai Rp7,4 Miliar
Pernah suatu kali Bung Karno menerima surat dan terkait surat itu ia harus segera mengeluarkan sejumlah uang.
Lantaran tak membawa uang, dia meminta kepada pengawal. Maulwi kebetulan ada di dekat situ.
”Eh, mana uangnya? Kasih coba!” ujar Mauwli menirukan Soekarno.
Suatu hari terpaksa Soekarno menelpon tokoh PNI Jawa Timur, Doel Arnowo, karena butuh uang.
“Cak Doel, engkau mesti ke Jakarta. Aku butuh duit,” ujar Soekarno sebagaimana dituturkan oleh orang kepercayaannya, Mangil kepada Maulwi.
Yang ditelepon pun bingung.
Di lain waktu, giliran pengusaha T.D. Pardede yang kebingungan dengan “ulah” Soekano.
Kisahnya terjadi di penghujung kekuasaan sang presiden.
Pardede dipanggil Soekarno untuk menghadap.
Di tempat, “Ternyata Bung Karno telah meminta duit sama aku,” ujarnya Maulwi megutip keterangan yang pernah disampaikan dan ditulis oleh Mangil.
“Hei, Pardede aku butuh duit untuk bayar utang dan beli cat,” kata Soekarno.
Pardede lalu memberi Soekarno 1000 dollar sembari menanyakan apakah jumlah tersebut masih kurang.
“Wah, banyak amat,” jawab Soekarno.
Kejadian itu membekas di hati Pardede.
Dia yakin bahwa tuduhan orang bahwa Soekarno koruptor sama sekali tidak benar.
Keseharian yang bersahaja itulah yang membuat Soekarno nyaman, dan kenyaman itu hanya mungkin Soekarno dapatkan di tengah orang-orang yang mau memahami keinginannya.
Soekarno tak suka kenyamanan itu terusik, termasuk okeh formalitas aturan protokoler.
“Dalam setiap kesempatan yang memungkinkan."
"Ia selalu senang tertawa dan mengajak orang-orang sekelilingnya untuk juga bergembira’’ papar Maulwi seperti yang tertulis dalam bukunya.
(Ade Sulaeman)