Intisari-Online.com – Sudah satu tahun pandemi Covid-19 melanda seluruh negara di dunia, dan belum terlihat tanda-tanda akan segera berakhir.
Untuk mencegah paparan virus ini yang semakin meluas, para ahli membuat vaksinnya dan sudah mulai disebarkan untuk masyarakat.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada akhir 2020 lalu mengatakan bahwa, pandemi Covid-19 ini bisa menjadi endemik.
WHO menyatakan, meskipun pandemi virus corona yang terjadi saat ini di dunia sangat parah, kasus ini belum tentu yang besar.
Pakar WHO mengatakan, dunia harus belajar untuk hidup dengan Covid-19.
"Virus corona sudah ditakdirkan menjadi endemik, bahkan saat vaksin mulai diluncurkan," kata Profesor David Heymann, ketua kelompok penasihat strategis dan teknis WHO untuk bahaya infeksi pada pengarahan media terakhir WHO untuk tahun 2020.
Dia menambahkan, “Dunia mengharapkan kekebalan kawanan, yang entah bagaimana penularannya akan menurun jika cukup banyak orang yang kebal."
Namun, Heymann, yang juga merupakan seorang ahli epidemiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine, mengatakan konsep kekebalan kawanan telah disalahpahami.
“Tampaknya takdir SARS-CoV-2 [Covid-19] menjadi endemik, seperti halnya empat virus corona manusia lainnya, dan akan terus bermutasi saat berkembang biak di dalam sel manusia, terutama di area dengan penerimaan yang lebih intens," paparnya seperti yang dilansir dari The Guardian (29/12/2020).
“Untungnya, kami memiliki alat untuk menyelamatkan nyawa, dan ini dikombinasikan dengan kesehatan masyarakat yang baik akan memungkinkan kami untuk belajar hidup dengan Covid-19,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala program kedaruratan WHO, Dr Mike Ryan mengatakan, skenario yang mungkin terjadi adalah virus akan menjadi virus endemik lain yang akan tetap menjadi ancaman, tetapi tingkat ancaman yang sangat rendah dalam konteks program vaksinasi global yang efektif.
"Masih harus dilihat seberapa baik vaksin tersebut digunakan, seberapa dekat kita mencapai tingkat cakupan yang memungkinkan kita memiliki kesempatan untuk melakukan eliminasi,” katanya.
“Keberadaan vaksin, bahkan dengan efikasi tinggi, bukanlah jaminan untuk memberantas atau memberantas penyakit menular. Itu adalah standar yang sangat tinggi untuk kami lewati," urai Ryan.
Melansir The Guardian, Ryan menegaskan, itulah mengapa tujuan pertama dari vaksin itu untuk menyelamatkan nyawa dan melindungi yang rentan.
Ryan memperingatkan bahwa pandemi berikutnya mungkin lebih parah. “Pandemi ini sangat parah… telah mempengaruhi setiap sudut planet ini.
Tapi ini belum tentu yang besar. Ini adalah panggilan untuk membangunkan. Kami sekarang belajar, bagaimana melakukan sesuatu dengan lebih baik: sains, logistik, pelatihan dan tata kelola, bagaimana berkomunikasi dengan lebih baik. Tapi planet ini rapuh," paparnya.
Kepala ilmuwan WHO Dr Soumya Swaminathan mengatakan vaksinasi terhadap virus tidak berarti tindakan kesehatan masyarakat seperti jarak sosial akan dapat dihentikan di masa depan.
Dia menambahkan, peran pertama dari vaksin itu adalah untuk mencegah penyakit simptomatik, penyakit parah dan kematian. Tetapi apakah vaksin juga akan mengurangi jumlah infeksi atau mencegah orang menularkan virus masih harus dilihat lagi.
“Saya tidak percaya kami memiliki bukti tentang vaksin mana pun akan benar-benar mencegah orang terkena infeksi dan karena virus itu dapat menularkannya,” kata Swaminathan.
"Jadi saya pikir kita perlu berasumsi bahwa orang yang telah divaksinasi juga perlu melakukan tindakan pencegahan yang sama." (Barratut Taqiyyah Rafie)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari