Intisari-Online.com - Setelah mengklaim 80% wilayah Laut China Selatan, pemerintah China mengatakan siap menurunkan pasukan militernya.
Khususnya kepada negara lain yang mencoba mematahkan klaim itu.
Akibatnya, Laut China Selatan kini dikepung banyak pasukan militer dari berbagai negara.
Ada Amerika Serikat (AS), Filipina, Jepang, Vietnam, Inggris, hingga Prancis.
Dan sepertinya itu membuat militer China gentar.
Mereka pun dilaporkan akanmengadakan latihan militer di Laut China Selatan selama bulan Maret 2021.
Dilansir dari express.co.uk pada Senin (1/3/2021), latihan akan berlangsung di barat Semenanjung Leizhou dan akan berlangsung dari Senin hari ini hingga akhir bulan.
Area tersebut akan ditutup untuk semua kapal lain, menurut pemberitahuan yang diposting di situs web Administrasi Keselamatan Maritim China.
Latihan baru tersebut tampaknya merupakan tanggapan atas peningkatan aktivitas militer AS di wilayah tersebut selama beberapa minggu terakhir.
Data pemantauan yang diberikan oleh think tank Beijing menunjukkan bahwa AS baru saja melakukan sejumlah misi pengawasan selama seminggu terakhir.
South China Sea Strategic Situation Probing Initiative (SCSPI) mengatakan, militer AS mengirimkan berbagai pesawat pengintai ke Laut China Selatan pada Rabu, Kamis, dan Sabtu kemarin.
Ini termasuk drone pengintai maritim MQ-4C, pesawat mata-mata EP-3E dan pesawat pengintai strategis RC-135U.
Pada saat yang sama, Angkatan Laut AS mengirimkan kapal pengawas laut USNS Impeccable ke wilayah tersebut pada hari Jumat.
Pakar militer mengatakan kepada outlet media pemerintah China,The Global Times, bahwa operasi ini akan memungkinkan AS untuk meningkatkan intelijen militernya pada Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Analis China akan memungkinkan militer AS untuk menguping komunikasi PLA, mempelajari lebih lanjut tentang pola sinyal elektromagnetik peralatan China.
Serta menanam perangkat sonar bawah air untuk melacak kapal selam PLA.
Seorang ahli angkatan laut juga mengatakan kepada The Global Times bahwa PLA harus meningkatkan kesiapan tempurnya untuk melawan provokasi lebih lanjut dari AS dan sekutunya.
China telah memprovokasi ketegangan dengan tetangga regionalnya dan AS atas klaim kedaulatannya di Laut China Selatan.
China mengatakan bahwa seluruh jalur air sampai ke pantai Filipina, Malaysia, dan Taiwan adalah miliknya.
Klaim Beijing itu didasarkan pada garis sembilan-putus berbentuk U yang diukir di peta pada tahun 1940-an oleh seorang ahli geografi Tiongkok.
Pada 2016, pengadilan arbitrase internasional menolak klaim teritorial China.
Oleh karenanya, Angkatan Laut AS bersama sekutunya sering melakukan patroli di wilayah tersebut.
Namun China menganggap sikap AS dan sekutunya adalah tindakan yang sangat provokatif.