Intisari-Online.com - Kudeta Myanmar mencapai puncaknya. Bahkan disebuthari paling mematikan dari unjuk rasa anti-kudeta.
Dilansir dari BBC pada Senin (1/3/2021), polisi telah menembaki pengunjuk rasa di Myanmar yang menewaskan sedikitnya 18 orang.
Hal itu disampaikan kantor hak asasi manusia PBB.
Kematian dilaporkan di beberapa kota termasuk Yangon, Dawei. dan Mandalay karena polisi menggunakan peluru tajam dan gas air mata.
Bagaimana kronologisnya?
Polisimemulai aksi kekerasan pada hari Sabtu (27/2/2021).
Ini terjadi setelah berminggu-minggu protes damai menentangkudeta militer sejak 1 Februari 2021.
Para pemimpin pemerintah, termasuk Aung San Suu Kyi, digulingkan dan ditahan.
Darimedia sosial pada hari Minggu menunjukkan pengunjuk rasa melarikan diri ketika polisimengejar mereka.
Bahkan beberapa orang dibawa pergi dengan berlumuran darah.
Tindakan kekerasan polisi semakin menjadi-jadipada hari Minggu (28/2/2021).
Jurnalis video BBC mengatakan bahwa beberapa orang di dekatnya tertembak. Membuat orang berlarian.
Beberapa demonstran juga digiring pergi dengan mobil polisi. Namun orang-orang tidak mundur.
Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (HAM PBB) mengutuk kekerasan terhadap pengunjuk rasa.
Mereka mengatakan sedikitnya 18 orang telah tewas pada hari Minggu dan lebih dari 30 lainnya terluka.
"Rakyat Myanmar memiliki hak untuk berkumpul secara damai dan menuntut pemulihan demokrasi," kata juru bicara Ravina Shamdasani.
"Penggunaankekerasan terhadap demonstran tidak pernah bisa dibenarkan di bawah norma hak asasi manusia internasional."
Aktivis dan pekerja medis mengatakan polisi menembakkan peluru, granat kejut dan gas air mata kepada parapengunjuk rasa.
Dimana Aung San Suu Kyi?
Pemimpin sipil Myanmar itu tidak terlihat di depan umum sejak dia ditahan di ibu kota Nay Pyi Taw saat kudeta dimulai.
Namun para pendukungnya dan banyak komunitas internasional menuntut pembebasannya dan pemulihan hasil pemilu November tahun lalu.
Suu Kyi dijadwalkan menghadapi persidangan pada hari Senin dengan tuduhan kecurangan dalam pemilihan dan melanggar aturan virus corona.
Kudeta militer ini sendiri telah dikecam secara luas di luar Myanmar. Bahkan Amerika Serikat (AS) juga mengecamnya.