Advertorial
Intisari-Online.com – Mata-mata wanita rupanya memberikan pengaruh besar selama Perang Dunia II.
Lahir di Moskow pada Hari Tahun Baru 1914, Noor Inayat Khan adalah keturunan seorang pangeran India.
Selama Perang Dunia II ia menjadi agen rahasia untuk Eksekutif Operasi Khusus Inggris (SOE) dan merupakan operator nirkabel wanita pertama yang dikirim ke Prancis yang diduduki.
Dia ada di sana untuk membantu Perlawanan Prancis dan pesan yang dia kirim kembali ke Blighty membantu keberhasilan pendaratan D-day.
Dia akhirnya ditangkap oleh Jerman dan disiksa untuk mendapatkan informasi.
Namun, dia hanya mengungkapkan nama palsu.
Setelah berbulan-bulan dikurung dengan tangan dan kakinya dirantai jadi satu untuk mencegahnya berjalan tegak, Noor dipindahkan ke kamp konsentrasi Dachau.
Pada 13 September 1944, dia dieksekusi oleh regu tembak. Kata-kata terakhirnya dilaporkan sebagai 'Liberté'.
Dia secara anumerta dianugerahi British George Cross dan French Croix de Guerre.
Pada tahun 2006, penulis Shrabani Basu merilis Spy Princess: The Life of Noor Inayat Khan, membuat sebuah biografi rinci tentang kehidupan Noor.
Sulit dipercaya bahwa kisah Noor tidak lebih dikenal luas mengingat sarat dengan pencapaian dan aksi kepahlawanan yang luar biasa.
Berikut ini kita akan melihat beberapa pahlawan wanita Perang Dunia II yang menginspirasi karakter di TV dan film.
Sophie Scholl
Lahir pada tahun 1921 di bagian selatan Jerman, Scholl dan saudara-saudaranya yang lain tumbuh di dunia kelompok pemuda Nazi.
Namun, seiring bertambahnya usia, dia mulai mempertanyakan moral sistem fasis yang memerintah negara yang dicintainya.
Saat kuliah di Universitas Munich, dia bergabung dengan kelompok perlawanan yang dijalankan oleh mahasiswa, termasuk kakak laki-lakinya.
Kelompok itu bernama Mawar Putih dan tidak lama kemudian Sophie dan kakaknya Hans menjadi inti dari gerakan perlawanan.
Mereka menerbitkan dan mendistribusikan enam pamflet dan menggunakan grafiti untuk mengecam Nazi, sistem politik mereka, dan perang, dan membagikan brosur secara terbuka.
Namun, Gestapo akhirnya berhasil menyusul mereka semua. Sophie diadili dan dipenggal dengan guillotine pada awal 1943.
Dalam satire era Nazi 2019, JoJo Rabbit, Scarlett Johansson berperan sebagai Rosie, seorang ibu anti-Nazi yang diam-diam terlibat dalam gerakan perlawanan tanpa kekerasan yang membagikan pamflet dan selebaran yang bertuliskan pesan 'Jerman merdeka'.
Marlene Dietrich
Lahir di Berlin pada tahun 1901, Marlene menjadi salah satu bintang film paling glamor di dunia, muncul di banyak film Hollywood dan menerima nominasi Academy Award.
Ketenarannya menarik perhatian pejabat Partai Nazi, termasuk Adolf Hitler, untuk memanfaatkannya.
Dia pun didekati dan ditawari kontrak yang menguntungkan jika tampil dalam film tentang Reich Ketiga.
Namun, dia menolak semua tawaran, dan meninggalkan Nazisme, lalu mengajukan kewarganegaraan Amerika sebelum pecahnya Perang Dunia II.
Selama perang dia berperan aktif dalam membantu orang-orang buangan Jerman dan Prancis datang ke Amerika, menyiapkan dana untuk memberi mereka dukungan keuangan.
Dia berkeliling AS menjual obligasi perang dan tampil untuk pasukan Sekutu yang bertempur di Afrika dan Eropa.
Dia dianugerahi American Medal of Freedom serta French Légion d'honneur.
Dalam film Perang Dunia II Quentin Tarantino tahun 2009 Inglorious Basterds, Diane Kruger berperan sebagai Bridget von Hammersmark, bintang film populer di Jerman Nazi dan mata-mata untuk Sekutu.
Karakternya dikatakan sangat terinspirasi oleh Marlene Dietrich.
Nancy Wake
Dia adalah salah satu prajurit wanita yang paling dihormati di sekutu selama Perang Dunia Kedua.
Lahir di Selandia Baru tetapi dibesarkan di Australia, Nancy belajar jurnalisme di London sebelum pindah ke Prancis.
Dia menikah dengan seorang pengusaha Prancis, Henri Fiocca, dan menetap di Marseille ketika perang pecah.
Ketika Prancis jatuh, dia bergabung dengan Perlawanan Prancis, bertindak sebagai kurir dan membantu penerbang Sekutu menghindari penangkapan.
Pada tahun 1943, Gestapo datang untuk menangkapnya, namun dia mencium suaminya untuk mengucapkan selamat tinggal dan melarikan diri, akhirnya berakhir di Inggris.
Suaminya disiksa dan dieksekusi tetapi dia tidak pernah mengungkapkan keberadaan istrinya.
Di Inggris, ia bergabung dengan SOE dan diberikan pelatihan formal sebelum diterjunkan kembali ke Prancis yang diduduki.
Dia membantu mengatur penerimaan dan distribusi senjata dan sumber daya untuk Perlawanan.
Dia juga berpartisipasi dalam penggerebekan dan serangan terhadap pangkalan, konvoi, dan pasokan Jerman.
Dalam satu penggerebekan, dia mengaku telah membunuh seorang penjaga SS dengan tangan kosong.
Setelah perang ia dianugerahi British George Medal, American Medal of Freedom dan French Médaille de la Résistance serta tiga Croix de Guerre.
Kisah Nancy menginspirasi Sebastian Faulks untuk menciptakan karakter Charlotte Grey, dalam novel tahun 1999 dengan judul yang sama.
Buku itu bercerita tentang seorang wanita muda yang menjadi agen SEO dan dikirim ke Vichy Prancis untuk membantu Perlawanan Prancis.
Buku itu diadaptasi menjadi film pada tahun 2001, dengan Cate Blanchett memerankan Charlotte Grey.
Nancy Wake, meninggal pada tahun 2011 di usia 98 tahun.
Odette Sansom
Sansom kelahiran Prancis akan menemukan dirinya di Inggris bersama suaminya yang berkebangsaan Inggris saat pecahnya Perang Dunia II.
Dia bergabung dengan SOE dan setelah pelatihannya dikerahkan ke Prancis yang diduduki untuk membantu Perlawanan Prancis.
Pada awal 1943, Gestapo merebut Odette. Dia disiksa secara brutal untuk mendapatkan informasi tetapi dia tidak pernah membocorkannya.
Meskipun semua kuku kakinya robek dan api membara di punggungnya, dia tidak pernah menyerah, menyelamatkan nyawa banyak agen dalam prosesnya.
Dia akhirnya dikirim ke kamp konsentrasi Ravensbrück, sebuah kamp khusus untuk wanita yang terletak di Jerman utara.
Sekitar 3.500 wanita bertugas sebagai penjaga kamp konsentrasi Nazi selama perang dan semuanya mulai di Ravensbrück.
Diperkirakan sekitar 30.000 tahanan wanita kehilangan nyawa di Ravensbrück.
Meski Sansom mengalami kondisi yang mengerikan di kamp, dia adalah salah satu yang beruntung dan berhasil keluar hidup-hidup.
Setelah perang, dia memberikan bukti terhadap para penjaga penjara Ravensbrück yang dituduh melakukan kejahatan perang, membantu mempengaruhi hukuman mereka.
Dia dianugerahi George Cross atas usahanya di masa perang.
Pada tahun 1950, ceritanya menjadi fokus film perang Inggris Odette.
Odette menjabat sebagai penasihat teknis selama pembuatan film dan memberikan pesan tertulis pribadi, yang ditampilkan di akhir film.
Dia menjadi pahlawan nasional dan mendapatkan ketenaran yang cukup besar.
Odette hidup sampai usia 82 tahun, meninggal pada tahun 1995.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari