Penulis
Intisari-Online.com - Jika memiliki anggaran militer yang besar, beberapa negara militersering kali mendorong inovasi teknologi, dari yang canggih hingga yang sederhana.
Misalnya membuatprajurit super layaknya Captain America atau Iron Man.
Pada tahun 2014, Presiden Barack Obama saat itu mengatakan kepada wartawan: "Pada dasarnya saya di sini untuk mengumumkan bahwa kami sedang membangun Iron Man."
Ada tawa, tapi dia serius.
Militer AS sudah mulai mengerjakan proyek itu, baju pelindung, yang dikenal sebagai Tactical Assault Light Operator Suit.
Bahkan sudah ada video promosi yangmenunjukkan cara pemakainya hingga peluru memantul dari baju besi.
Pada 2017, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa umat manusia dapat segera menciptakan sesuatu yang "lebih buruk dari bom nuklir".
"Orang mungkin membayangkan bahwa seseorang dapat menciptakan manusia dengan beberapa karakteristik tertentu."
"Dia bisa menjadi ahli matematika jenius, musisi atau tentara yang brilian."
"Di mana dia dapat bertarung tanpa rasa takut, tanpa penyesalan, dan tanpa rasa sakit."
Lalu bagaimana dengan China?
Tahun lalu, mantan Direktur Intelijen Nasional (DNI) AS, John Ratcliffe menuduh China secara blak-blakan.
"China telah melakukan pengujian manusia pada anggota Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dengan harapan mengembangkan tentara dengan kemampuan yang ditingkatkan secara biologis."
"Tidak ada batasan etis untuk mengejar kekuasaan di Beijing," tulisnya di Wall Street Journal.
Tapi China menyebut artikel itubohong dan tidak benar.
Ambisi vs kenyataan
Memiliki seorang prajurit super dalam barisan pasukan militer adalah prospek yang menggiurkan bagi militer.
Bayangkan memiliki seorang prajurit yang dapat menahan rasa sakit, kedinginan yang ekstrim, atau kebutuhan untuk tidur, tentu sangat cocok di medan perang.
Dan banyak yang percaya China menuju ke arah sana.
Dilansir dari BBC pada Senin (8/2/2021), sebuah makalah tahun 2019 dari dua akademisi AS mengatakan bahwa militer China "secara aktif mengeksplorasi" teknik-teknik seperti pengeditan gen, kerangka luar, dan kolaborasi manusia-mesin.
Laporan tersebut terutama didasarkan pada komentar dari ahli strategi militer China.
Salah satu penulis, Elsa Kania, merasa skeptis dengan komentar Ratcliffe.
"Penting untuk memahami apa yang sedang didiskusikan dan dicita-citakan oleh militer China."
"Tetapi juga untuk mengenali jarak antara ambisi tersebut dengan realitas di mana teknologi saat ini," kata Kania.
"Meskipun militer di seluruh dunia mungkin memiliki cukup banyak minat pada kemungkinan tentara super,namun di matasains itu nyaris mustahil."
Pada tahun 2018, ilmuwanChina He Jiankui membuat pengumuman yang menakjubkan.
Di mana ia telah berhasil mengubah DNA dalam embrio gadis kembar untuk mencegah mereka tertular HIV.
Perkembangan itu menimbulkan kemarahan.
Pekerjaan pengeditan gen semacam itu dilarang di sebagian besar negara, termasuk China.
Biasanya terbatas pada embrio IVF yang dibuang, selama mereka dihancurkan segera setelahnya dan tidak digunakan untuk membuat bayi.
Ilmuwan itu membela temuannya tetapi itu membuatnya dipenjara karena menentang larangan pemerintah.
Baca Juga: Jangan Sampai Keliru, Ini 3 Obat Penurun Panas Anak yang Tepat
Apa yang bisa dilakukannya untuk militer?
Christophe Galichet, seorang ilmuwan peneliti senior di Francis Crick Institute di London, menyebut itu tentu bagus untuk militer. Tapi ada batasan.
Sebab, ituungkin tidak masuk akal di titik lain.
"Jika Anda mengambil sebuah gen, Anda bisa memiliki individu dengan otot yang lebih besar atau mampu bernapas di ketinggian."
"Tapi mungkin lebih jauh individu tersebut akan mengembangkan kanker."
Juga sulit untuk mengisolasi beberapa sifat - banyak gen yang terlibat dalam tinggi badan, misalnya.
Dan sifat apa pun yang diubah akan diturunkan dari generasi ke generasi.