Hun Sen dulunya paling cocok dengan sebutan diktator.
Ia mendominasi partainya, melemahkan musuh internal dan ekternal sampai siapapun tidak dapat mengancamnya, dan punya banyak kesempatan ia masih mampu menuntun anak tertuanya menjabat sebagai Perdana Menteri sebagai suksesi dinasti.
Namun dibandingkan penjelasan mengenai diktator dari buku karangan Frank Dikotter How to Be a Dictator, Hun Sen bukanlah diktator.
Hun Sen kurang menjadi diktator karena ia tidak mengkampanyekan jika warganya juga harus menyembahnya.
Namanya memang muncul di berbagai sekolah dan RS pemerintah, wajahnya di semua poster partai penguasa yang ada di jalanan Kamboja.
Ia juga tanpa lelah laksanakan tur ke seluruh penjuru Kamboja untuk melantik para wisudawan di wisuda mereka.
Namun warga Kamboja tidak diharapkan memuja ia setiap hari dan tidak perlu mendengarkan apapun yang ia bicarakan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR