Intisari-Online.com - Satu lagi negara Eropa ikut sambangi Laut China Selatan dan menantang China.
Mereka adalah Prancis.
Apa yang membuat Prancis ikut nimbrung di Laut China Selatan?
Dilansir dariasiatimes.com pada Minggu (14/2/2021),Prancis mengonfirmasi penempatan kapal selam dan kapal angkatan laut serang nuklir ke Laut China Selatan.
Hal itu diumukan oleh Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly.
Tujuannya untuk menegaskan bahwa hukum internasional adalah satu-satunya aturan yang valid, apa pun aturannya.
"Patroli luar biasa ini baru saja menyelesaikan perjalanannya di Laut China Selatan," kata kepala pertahanan Prancis itu.
Ini adalah manuver militernya yang belum pernah terjadi sebelumnya di perairantermahal di dunia.
"Ini adalah bukti mencolok dari kapasitas Angkatan Laut Prancis kami untuk ditempatkan jauh dan untuk waktu yang lama, bersama dengan mitra strategis Australia, Amerika Serikat (AS), dan Jepang kami," lanjutnya.
Sekali lagi, Prancis menekankan bahwa tindakanmereka adalah sah.
Karena itu bagian dari upaya internasional yang lebih luas untuk menegakkan hukum internasional dalam jalur komunikasi laut global.
Langkah itu dilakukan hanya beberapa minggu setelah pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang telah memperingatkan era baru "persaingan ekstrim" dengan China.
Dan menekankan perlunya tanggapan bersama bersama dengan sekutu yang berpikiran sama di Eropa dan Asia.
Keterlibatan yang semakin besar dari kekuatan internasional dari Indo-Pasifik dan sekitarnya jugamematahkan klaim gigih Beijing.
Di mana mereka menyatakan ketegangan maritim di Benua Asia itu hanya disebabkan oleh sikap militer AS yang berlebihan.
Pengerahan Angkatan Laut Prancis bertepatan dengan kebebasan operasi navigasi kapal induk ganda (FONOPS) pertama di Laut China Selatan oleh pemerintah AS yang baru.
Dilaporkan AS memang mengirim dua kapal induknya, Nimitz Carrier Strike Group dan Theodore Roosevelt Carrier Strike Group, ke perairan yang disengketakan.
Itu adalah misi pertama dalam hampir enam bulan.
"Tujuannya untuk mendemonstrasikan kemampuan Angkatan Laut AS untuk beroperasi di lingkungan yang menantang," menurut pernyataan Angkatan Laut AS.
“Melalui operasi seperti ini, kami memastikan bahwa kami mahir secara taktis untuk menghadapi tantangan menjaga perdamaian."
"Dan kami dapat terus menunjukkan kepada mitra dan sekutu kami di kawasan bahwa kami berkomitmen untuk mempromosikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” kata Laksamana Muda Doug Verissimo, komandan Grup Serangan Kapal Induk Theodore Roosevelt.
Kekuatan Eropa lainnya seperti Inggris dan Jerman juga diperkirakan akan mengerahkan kapal perang ke Laut China Selatan.
Kondisi itu membuat semakin tampak negara Barat yang bersatu untuk melawan ambisi maritim China.
Pengerahan angkatan laut baru-baru ini hanyalah contoh terbaru dari peregangan otot Prancis di perairan Asia, sebuah langkah yang pasti akan memicu kemarahan China.
Sebelumnya, Prancis memang pernah terlibat masalah dengan China.
Tahun 2019 lalu, kapalfregat Prancis Vendémiaire melakukan operasi navigasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Selat Taiwan di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan Taiwan.
Sebagaibalasan, Beijing yang marah tidak mengundang delegasi Prancis untuk ikut serta dalam perayaan 70 tahun Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di kota pelabuhan Qingdao.