Intisari-online.com -Presiden AS yang baru dilantik Joe Biden sempat dihadapkan pada pilihan sulit mengenai China.
Tantangan yang ada adalah ia akan kesulitan menghadapi China di tengah merebaknya virus Corona di negaranya.
Namun tampaknya, tantangan dari China makin kuat.
Akhirnya, ia mengumumkan Rabu kemarin ia membentuk gugus tugas Departemen Pertahanan.
Tujuan dibentuknya gugus tugas tersebut adalah untuk meraih strategi melawan China.
"Inilah cara kami menghadapi tantangan China dan memastikan warga Amerika memenangkan persaingan ini di masa depan," ujar Biden dalam kunjungannya sebagai pemimpin komando ke Pentagon.
Dikutip dari CNBC, kelompok Pentagon yang baru yang dibuat berisi kurang lebih 15 ahli akan bertanggung jawab dalam menyediakan rekomendasi mengenai 'urusan China'.
Selanjutnya mereka akan melapor kepada Menteri Pertahanan Lloyd Austin.
Penemuan dan rekomendasi kurang lebih memerlukan 4 bulan.
"Antisipasi terburuk adalah tidak adanya laporan publik final, meskipun departemen pertahanan akan mendiskusikan rekomendasi dengan Kongres dan pejabat kepentingan lain," tulis Pentagon dalam pernyataan yang mengumumkan gugus tugas yang baru.
Pengaruh China mengenai perdagangan global dan hubungan internasional telah terus tumbuh, bahkan meskipun AS telah menghadapi tuntutan mengenai kemampuan mereka menangani krisis Covid-19.
Rabu itu juga digunakan Biden untuk mengajukan pertanyaan apakah AS akan meminta pertanggungjawaban China.
Biden sampai saat ini belum berbicara dengan Presiden China Xi Jinping.
Ia lalu minggu lalu mengatakan saat di Kementerian Luar Negeri jika ia akan bekerja lebih dekat dengan sekutu AS untuk mendorong Beijing.
"Kami akan mengkonfrontasi serangan ekonomi China," ujar Biden.
Biden sendiri terang-terangan menggambarkan Beijing sebagai "musuh paling serius AS".
Ketegangan dua negara sebenarnya meroket di masa administrasi Trump.
Dalam wawancara dengan CBS, Biden mengatakan administrasinya akan siap untuk "kompetisi ekstrim" dengan China.
Namun ia tegaskan caranya akan berbeda dengan yang dilakukan oleh Trump.
"Aku tidak akan melakukannya dengan cara Trump.
"Kami akan fokus mengikuti aturan internasional," ujar Biden hari Minggu lalu.
Setelah pernyataannya di Pentagon hari Rabu itu, seorang wartawan menanyai Biden apakah ia memiliki ketertarikan menghukum China.
Hal ini dalam kaitannya atas China yang tidak transparan dalam laporan mengenai wabah Covid-19 tahun lalu.
"Aku tertarik untuk mendapatkan semua datanya," ujar Biden.
Tekanan Menlu baru untuk China
Menteri Luar Negeri AS sebelumnya di era Donald Trump, Mike Pompeo, merupakan salah satu tokoh Trump yang sangat keras menuntut China.
Kini posisinya digantikan oleh Anthony Blinken.
Namun Blinken sendiri tidak jauh berbeda dengan Pompeo.
Akhir pekan lalu Blinken berbicara pertama kalinya dengan diplomat China Yang Jiechi.
Pembicaraan itu sangat tegang, dan Blinken memberitahu Yang jika AS akan menghukum China mengenai beberapa isu termasuk pelanggaran HAM.
Blinken juga meminta Beijing menghentikan bantuan terhadap kudeta militer di Myanmar.
Hal itu disusul dengan Biden umumkan sanksi atas para pemimpin militer di Myanmar yang menjadi dalang kudeta 1 Februari lalu.
Biden juga menekankan militer Myanmar untuk melepaskan kekuasaan yang mereka pegang dan melepaskan tahanan mereka.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan AS dulunya berkoordinasi dengan mitra-mitranya untuk laksanakan aksi pembalasan yang "curam dan mendalam".
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini