The Blitz ‘Perang Kilat’ yang Ganas Niat Bikin Hancur Ekonomi Inggris, Lebih dari 40.000 Orang Terbunuh dan Infrastruktur Hancur, Berhasilkah?

K. Tatik Wardayati

Editor

Hancurnya perekonomian Inggris karena serangan The Blitz.
Hancurnya perekonomian Inggris karena serangan The Blitz.

Intisari-Online.com – Meskipun ‘semangat The Blitz’ melegenda, namun serangan udara yang menghancurkan dari tahun 1940 hingga 1941 ini diakui sebagai aspek kehidupan paling sulit di garda depan dalam Perang Dunia II.

The Blitz adalah serangkaian pengeboman strategis berkelanjutan terhadap Inggris, Skotlandia, dan Irlandia Utara yang dilancarkan oleh Jerman selama Perang Dunia II.

Peristiwa tersebut berlangsung sejak tanggal 7 September 1940 hingga Mei 1941.

Sulit membayangkan ketakutan dan kehancuran yang disebabkan oleh serangan kilat, terutama di London, juga di seluruh Coventry, Hull, Liverpool, dan pusat industri lainnya.

Baca Juga: Kerjaannya Menebar Teror hingga Dikenal Sebagai Kelompok Teroris Paling Berbahaya di Dunia, Kini Giliran ISIS Sukses DibantaiLewat Serangan Udara, 'Mereka Sudah Mati'

Lebih dari 40.000 orang terbunuh oleh bom Luftwaffe, belum lagi banyak yang terluka.

Perumahan dan infrastruktur hancur dan sangat lambat untuk diperbaiki, karena bahan bangunan yang tidak mencukupi.

Sebagian besar kerusakan tetap ada meski setelah perang, puing-puingnya malahan sebagai taman bermain anak-anak.

Sebelum Perang Dunia II meletus, ada ketakutan massal terhadap serangan bom, melihat kehancuran di Guernica dan teror oleh Zeppelins dalam Perang Dunia I.

Baca Juga: Memanas Lagi, Israel Lancarkan Agresi Udara: 'Ini Adalah Korban Tewas Terbesar dari Serangan Israel di Suriah'

Ini membuat Inggris sangat siap dengan apa yang akan terjadi mendatang.

Langkah-langkah pertahanan dibuat, termasuk fokus pada pengembangan teknologi seperti radar untuk mendeteksi dan mengusir pembom.

Target tiruan yang rumit dibuat untuk memancing pesawat musuh menjauh dari tujuan sebenarnya.

Serangan dianggap sebagai bentuk pertahanan terbaik, dan ada banyak serangan balasan pada target ekonomi, militer dan musuh sipil, dengan efek yang sama menghancurkannya pada penduduk Jerman, seperti di Dresden.

Kewaspadaan Serangan Udara dibentuk pada awal 1924 dan memainkan peran kunci dalam perencanaan serangan dan mengelola tanggapannya.

Masker gas dikeluarkan jika terjadi serangan gas dari udara, tempat penampungan Anderson digali di taman dan prosedur pemadaman listrik diberlakukan.

Ketika sirene berbunyi, penjaga serangan udara setempat membantu mereka yang melarikan diri ke tempat yang aman dan berpatroli di jalan-jalan, membuat mereka sendiri berisiko.

The Auxiliary Fire Service dibentuk sebagai bagian dari ARP pada tahun 1938 dan memainkan peran yang sama pentingnya dalam mengatasi kobaran api yang diakibatkan oleh pengeboman Blitz.

Organisasi sukarela ini didukung oleh layanan medis, Home Guard dan bahkan Pramuka, yang akan mengarahkan layanan pemadam kebakaran ke tempat mereka dibutuhkan.

Baca Juga: Layaknya Pengeboman Pearl Harbour, Terungkap China Juga Berencana Mengebom Pangkalan Militer Amerika Ini pada Tahun 2025, Begini Kisahnya

Yang tidak kalah penting adalah Korps Pembayaran Tentara Kerajaan dan Korps Perintis, yang membantu membersihkan puing-puing dan menyelamatkan harta benda dari reruntuhan.

Layanan Sukarela Wanita berperan penting dalam memberikan perawatan bagi mereka yang kehilangan rumah.

Mereka mendirikan kantin dan fasilitas sanitasi WVS, serta mengumpulkan pakaian dan kebutuhan lainnya untuk para korban.

Mereka juga bekerja untuk membuat tempat penampungan umum lebih nyaman bagi mereka yang mengungsi di sana.

Secara khusus, stasiun bawah tanah memberikan perlindungan bagi ratusan ribu warga London setiap malam.

Stasiun bawah tanah menjadi tempat teraman bagi rakyat saat serangan The Blitz.
Stasiun bawah tanah menjadi tempat teraman bagi rakyat saat serangan The Blitz.

Pada awalnya pemerintah prihatin tentang dampak penutupan stasiun bawah tanah terhadap bisnis dan industri, dan menolak untuk membuka stasiun sebagai tempat berlindung, tetapi dengan cepat mengalah saat Blitz memakan korbannya.

Jauh di bawah tanah, tempat berteduh darurat ini memberikan keamanan dan kenyamanan dalam jumlah banyak.

Sayangnya, penuh sesak dan kacau, jadi serangan langsung justru akan mengakibatkan korban massal.

Tujuan dari 'perang kilat' Hitler yang ganas adalah untuk merusak ekonomi Inggris pada masa perang dengan menghancurkan pabrik dan pada saat yang sama akan mendemoralisasi warga sipil.

Baca Juga: Bikin Geger, China Merilis Rekaman Angkatan Udaranya Melakukan Serangan Militer ke Pangkalan Udara Amerika, Tak Disangka Fakta di Baliknya Bikin Geleng-geleng Kepala

Namun, ‘perang kilat’ itu ternyata tidak mencapai tujuan.

Produksi sebenarnya meningkat pada tahun 1941, berkat mobilisasi pekerja yang efektif oleh Kementerian Tenaga Kerja.

Dan meskipun Dermaga London hancur dan katedral bersejarah Coventry terbakar habis, Katedral St Paul tetap berdiri tegak.

Itu menjadi simbol harapan abadi bagi warga London pada khususnya, dan moral Inggris tidak pernah putus.

Baca Juga: Kisah Operasi Biting; Operasi Rahasia dan Berbahaya Hanya Gunakan Parasut untuk Curi Radar dan Teknologi Perang Jerman

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait