Kunjungan ke Arab Saudi juga menjadi agenda penting Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman.
Setelah kunjungan Trump ke negara itu, koalisi yang dipimpin Saudi kemudian meningkatkan taruhan di Yaman, mengubah negara itu menjadi bencana kemanusiaan.
Sampai 2019 kemarin koalisi Arab Saudi melanjutkan kampanye militer melawan kelompok pemberontak Houthi di Yaman, termasuk lakukan sejumlah serangan udara yang melanggar hukum, tewaskan ribuan rakyat sipil.
Kemudian mundur lagi di tahun 2018 Arab Saudi mengakui membunuh jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi di konsulat di Istanbul, Turki.
Namun mengerikannya lagi adlaah hubungan prbadi Trump dan Jared Kushner, penasihat senior Gedung Putih sekaligus menantunya, dengan Putra Mahkota Arab Saudi dan Putra Mahkota UEA Mohammed bin Zayed.
Hubungan itu sudah sangat melampaui politik dan Trump menutup mata dari catatan hak asasi manusia Arab Saudi yang buruk.
Mengingat hubungan baik dengan Trump dapat disimpulkan pemerintahan Biden akan kesulitan mencapai kepercayaan dengan kedua putra mahkota itu, sementara Arab Saudi dan UEA telah mendominasi penyediaan mesin di dalam Dewan Kerjasama Teluk (GCC), bahkan kedua negara itu gembongnya.
Lantas apa jaminan keduanya akan juga sama setianya dengan Biden?
Baca Juga: Saat Waktunya Tepat: Senjata Nuklir Israel Bisa Menghancurkan Seluruh Timur Tengah
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR