Intisari-online.com - Sebelumnya, Filipina mungkin adalah sekutu alami Amerika Serikat.
Namun, semuanya berubah sejak Presiden Rodrigo Duterte menjadi pemimpin Filipina, di mana ini tak lagi bergantung pada Amerika.
Bahkan Filipina di bawah Rodrigo Duterte memilih berpihak pada China pada tahun 2016 silam.
Kedekatannya dengan China tak lantas membuat Filipina juga terus mendapatkan kucuran dana utang dan investasi besar dari China.
Perlu diketahui China adalah negara yang gemar memberikan utangan pada negara kecil dan sekutunya.
Tujuannya adalah untuk membuat negara tersebut jatuh dalam perangkap utang miliknya.
Tahun 2017 saja misalnya, China dan Filipina sudah menyepakati sebanyak 30 proyek, dengan nilai Rp49,4 Triliun, seperti dikutip dari CNN.
Proyek itu berfokus pada upaya pengentasan kemiskinan, meski isi perjanjian itu sedikit dirahasiakan.
Tak hanya itu saja, Filipina juga berulang kali, hampir melakukan kesepakatan dengan negeri Tirai Bambu tersebut.
Menurut Asia Times dalam catatan terakhir, perusahaan China hampir melakukan kesepakatan dengan Filipina untuk membangun bandara senilai 10 dollar AS.
Proyek tersebut dikerjakan oleh Communication Contruction Company of China (CCCC) namun gagal mencapai kesepakatan, pada Rabu (27/1/21)
Alasannya karena China dinilai tidak serius dalam mengerjakan proyek ini.
Pengaruh China di Filipina memang luar biasa besarnya, menurut Reuters, China justru mengaku enggan membuat Filipina jatuh dalam jebakan utang mereka.
Mengutip Reuters, China tidak akan membiarkan Filipina jatuh ke dalam "perangkap utang".
MeskipunChina berkomitmen untuk memberikan pinjaman dan hibah untuk membantu mendanai proyek infrastruktur besar-besaran negara Asia Tenggara itu.
Hal itu diungkapkan oleh kata duta besar Beijing pada tahun 2018 silam.
Ketika berbicara pada peletakan batu pertama dua jembatan di ibu kota yang didanai oleh hibah China.
Duta Besar Zhao Jianhua meyakinkan Filipina bahwa bantuan keuangan negaranya tidak terikat.
"Pinjaman China untuk membiayai proyek infrastruktur tidak akan membuat Filipina jatuh ke dalam perangkap hutang," tambah Zhao.
China tidak akan membiarkan Filipina jatuh ke dalam "perangkap utang".
Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang hadir di acara tersebut, telah berjanji untuk mengantarkan masa keemasan infrastruktur melalui pengeluaran enam tahun senilai 180 miliar dollar AS.
Ia telah mencari investasi China untuk memodernisasi dan membangun bandara, jalan, rel kereta api, dan pelabuhan.
Manila dan Beijing memiliki sejarah perselisihan yang pahit mengenai kedaulatan maritim.
Tetapi hubungan antara kedua negara telah meningkat pesat di bawah Duterte yang telah mengambil pendekatan perdamaian dengan imbalan pinjaman, investasi, dan kesepakatan perdagangan senilai dolar dengan China.
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk membuktikan bahwa kebijakan luar negeri independen Presiden Duterte, terutama kebijakan yang bersahabat dan kooperatif terhadap China, akan menghasilkan manfaat yang lebih nyata bagi rakyat Filipina," kata Zhao.
Komentar Zhao muncul beberapa minggu setelah kepala perencanaan ekonomi Duterte mengatakan Filipina akan berhati-hati dalam menerima pinjaman China untuk proyek infrastruktur.
Pada saat yang sama ada klaim oleh para analis bahwa China memanfaatkan hutang dengan imbalan pengaruh politik.
China telah berkomitmen memberikan 7,19 miliar dollar AS untuk proyek-proyek di infrastruktur Filipina, energi dan sektor keselamatan publik, kata Departemen Keuangan.