Itulah sebabnya, lebih baik membicarakan topik tersebut sedini mungkin dengan anak daripada membiarkannya berlarut dan anak mendapatkan informasi dari sumber yang salah.
Mulai dari percakapan sesederhana mengenali alat kelamin ketika anak masih kecil.
"Semuanya akan jauh lebih mudah jika ini (membicarakan tentang akses konten dewasa) bukan percakapan pertama orangtua dan anak tentang seks, tetapi sudah merupakan diskusi yang kesekian kalinya," ungkap terapis seks dan keluarga di Palo Alto, California, Marty Klein.
5. Memutus semua akses teknologi anak
Ini mungkin adalah reaksi kebanyakan orangtua ketika memergoki anaknya mengakses konten dewasa melalui ponsel atau gawai lainnya.
Aturan dan batasan memang perlu diterapkan untuk menghadapi budaya online.
Namun, mengambil semua akses teknologi anak hanya akan membuatnya terisolasi karena tidak bisa berkomunikasi dengan teman-temannya melalui media sosial.
Selain itu, jika anak khawatir orangtuanya akan mengambil gawainya secara penuh, anak akan cenderung mengakses konten-konten tersebut secara sembunyi-sembunyi.
Jadi, alih-alih mengambil gawai anak lebih baik orangtua mengajari anak bagaimana menggunakan teknologi secara bijak.
Baca Juga: Meski Memang Dibutuhkan, Kapan Waktu yang Tepat Kenalkan Gadget pada Anak?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR