Intisari-Online.com -Seorang wanita yang berasal dari sebuah komunitas Yahudi paling konservatif mengajarkan hal yang sangat tabu.
Lewat 'Academy of Pleasure' dia mengajarkan berbagai hal yang terkai dengan seksualitas, seperti dilansir dariynetnews.com.
Bahkan, termasuk praktik langsung dari beberapa hal yang dianggap sangat tabu.
Sesuatu yang sangat bertentangan jika menyangkut dari komunitas mana wanita tersebut berasal.
Rachel Yakobov, nama wanita kini dikenal kontroversial tersebut, berasal dari komunitas Yahudi Haredi.
Sebuah komunitas Yudaisme Ortodoks yang paling konservatif yang bahkan sering disebut sebagai "ultra-Ortodoks".
Komunitas yang saat ini diperkirakan memiliki anggota sebanyak 1,3 juta orang tersebut sangat ketat dalam menjalankan ajaran Yudaisme.
Namun, siapa sangkan jikaRachel malah melakukan hal yang sangat tabu.
Rachel Yakobov mendirikan 'The Pleasure Academy' dan memutuskan untuk mengajari para wanita tentang seksualitas mereka.
Saat itu adalah malam musim gugur yang cerah di ibu kota Rusia Moskow ketika suami Rachel Yakobov, David, kembali ke rumah, dengan penuh semangat melambaikan brosur yang mengiklankan "sekolah seks".
Saat itu, reaksi pertama Rachel adalah tersinggung dengan proposisi David.
Namun pada akhirnya dia malah memutuskan untuk mendaftar di kelas, yangmenurutnya akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
"Ketika saya dan David pindah ke Rusia pada 2013, saya tiba-tiba menyadari betapa menarik dan super seksualnya para wanita di sana," kata Rachel.
“Sebagai istri seorang pengusaha, saya mengerti bahwa bisnis dan wanita yang menarik sering kali berjalan seiring. Saya sedikit terintimidasi, tetapi saat itulah saya berkata pada diri saya sendiri bahwa sebaiknya saya belajar dari yang terbaik."
Menurut Rachel, keputusannya tidak dilatarbelakangi oleh ketidakpercayaan pada David, tetapi oleh keinginannya untuk memperkaya dirinya sendiri dan memanfaatkan kesempatan tersebut.
"Saya memutuskan untuk mempelajari semua trik dari wanita luar biasa ini, dan saat itulah saya jatuh cinta dengan pendidikan seksual, yang sebagai wanita religius tidak pernah saya bicarakan dengan orang lain," kata Rachel.
“Saya belajar bahwa dalam hal seksualitas, kami sering mandek. Kami mungkin mempelajari trik baru di sana-sini, tetapi kami tidak pernah benar-benar mempelajari sesuatu yang baru. Ini memberi saya kesempatan untuk benar-benar memperkaya diri saya sendiri,” tambahnya.
Adapun David, kata Rachel kemudian dia juga memutuskan untuk juga menghadiri kelas.
"David secara khusus mendaftar di kelas tentang 0ral seks ... Kami berdua ingin belajar, jadi kami belajar bersama, sebelum akhirnya mempraktikkan semua yang kami pelajari."
Setahun yang lalu, Rachel, David dan kedua putra mereka kembali ke Israel, di mana dia membuka "The Oneg Academy", yang diterjemahkan sebagai "Academy of Pleasure".
Di akademi, yang hanya diperuntukkan bagi wanita, dia mengajar murid-muridnya tentang kenikmatan seks 0ral dan ma|nan seks, sambil menyajikan minuman dan makanan ringan.
"Pendekatan saya adalah penting untuk selalu mempelajari hal-hal baru, ditambah lagi sangat praktis," kata Rachel.
"Tujuan akhir saya adalah untuk memaksimalkan kesenangan wanita ... Pemberdayaan wanita dalam Yudaisme sangat lemah, salah satu cara untuk memperbaikinya adalah melalui seksualitas, dan saya percaya itu."
Di kelasnya, Rachel berkata bahwa dia mengajar wanita berusia 28-50 tahun, baik dari kelompok sekuler maupun agamis.
“Dalam lokakarya lisan saya misalnya, saya berbicara tentang filosofi di balik tindakan, bagaimana hal itu memberi laki-laki perasaan dominasi dan membantu mereka untuk rileks karena mereka tidak benar-benar harus tampil ... Setelah itu, kita sampai pada bagian praktis di mana setiap wanita berlatih fellatio dengan menggunakan berbagai alat bantu,” jelas Rachel.
Gagasan tentang wanita Haredi yang memakai wig dan menjalankan Shabbat untuk mengajar kelas seks mungkin dianggap tidak lazim bagi banyak orang, termasuk beberapa di komunitas Haredi yang konservatif.
"Biarkan mereka mengatakan apa yang mereka mau, saya membantu orang membawa kesenangan. Seksualitas adalah hal suci yang membantu, menyembuhkan. Dan sementara saya mengerti bahwa ada hal-hal yang harus tetap tidak terucapkan, dalam arus utama Yudaisme ada kekurangan pemahaman yang mengejutkan ketika ini menyangkut seksualitas,” tambahnya.