“Kami membutuhkan cerita Sugihara sebanyak Jepang membutuhkan Sugihara hari ini.”
Visa penyelamat hidup Sugihara hanyalah salah satu bagian dari jejak kertas.
Seorang pengusaha Belanda yang menjadi diplomat, Jan Zwartendijk, mengeluarkan banyak pengungsi Polandia dengan visa tujuan akhir ke koloni Belanda di Curaçao di Karibia. Pemain lain yang terlupakan adalah Stalin.
Sugihara, yang fasih berbahasa Rusia, harus melakukan tawar-menawar dengan Moskow untuk memastikan para pengungsi Yahudi memiliki perjalanan yang aman melalui Uni Soviet, serta hak untuk meninggalkan Vladivostok menuju Jepang.
Janji uang tunai yang diperoleh dari penjualan dokumen perjalanan pengungsi membantu Politbiro mencapai keputusannya pada Juli 1940.
Stalin menandatangani perintah yang menyetujui transit bagi pengungsi, yang menurut dokumen Soviet termasuk guru dan siswa agama Yahudi (yeshiva), penjual, pengacara dan profesi liberal lainnya.
Sementara para pemain ini sering diabaikan dalam kisah Sugihara, hiasan gaya Hollywood lainnya telah ditenun.
Seringkali diulangi adalah klaim bahwa istri Sugihara, Yukiko, setiap hari memijat tangan suaminya, lelah setelah menulis ratusan visa.
Putra bungsu mereka meragukan detail romantis ini, menunjukkan bahwa ibu dan kakak laki-lakinya sudah tinggal di hotel terdekat demi keselamatan mereka.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR