Intisari-online.com -Normalisasi dengan Israel baru mendapatkan hasil saat ini, dan hasil ini tidak dalam bentuk yang baik.
Dikutip dari Middle East Monitor dan AP, Komite Perencanaan dan Pembangunan Distrik Israel di Yerusalem telah umumkan persetujuan konstruksi bangunan Kedutaan Besar AS yang baru di kota.
Lokasi gedung baru itu akan berada di Jalan Hebron, jalan raya pusat dan tidak begitu jauh dari tempat kedutaan yang sekarang.
Dalam pernyataan di Twitter, Deputi Walikota Yerusalem Fleur Hassan-Nahoum mengatakan meskipun komite lain masih harus memberikan persetujuannya, ia memperkirakan ini hanya masalah waktu saja.
"Setelah dua tahun, kami senang komite perencanaan lokal akhirnya menyetujuinya," ujar Hassan-Nahoum.
"Kami telah menunggu dalam waktu yang sangat lama dan kami senang hal ini akhirnya terwujud."
Walikota Yerusalem Moshe Lion menyebut keputusan itu sebagai "bersejarah dan membuat bersemangat."
Ia berpikir hal ini akan menginspirasi negara lain memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem yang diklaim Israel sebagai ibukota mereka.
"Kurasa hal tambahan ini akan menguatkan situs kedutaan dan dilanjut memindahkannya ke ibukota adalah perkembangan pertama dari perwakilan diplomatik yang akan pindah ke ibukota," jelas Lion.
"Kedutaan di Alllenby akan dibangun di sekitar rute kereta dan menguatkan perkembangan kota bagi penduduknya dan hal ini mengikuti rencana besar untuk Talpiot yang sudah disetujui beberapa waktu lamanya.
Presiden AS Donald Trump memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem tahun 2018.
Hal itu menjadi kebijakan luar negeri besar yang menentang konsensus internasional yang sudah berjalan puluhan tahun.
Ia juga membuat senang pemimpin Israel serta membuat marah warga Palestina dengan mengenali Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Lebih lagi, kantor Duta Besar AS untuk Israel David Friedman memindahkan kantor utamanya ke konsulat AS yang sudah ada di Arnona tahun itu juga.
Pemindahan itu membuat kesal negara Arab dan sekutu Barat.
Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas memanggil hal itu "tamparan di muka" dan mengatakan jika AS tidak bisa lagi dianggap sosok ketiga yang jujur dalam pembicaraan damai apapun dengan Israel.
Presiden terpilih Joe Biden diharapkan akan lebih menyeimbangkan pendekatan terhadap dua negara yang berseteru.
Namun, ia sudah mengatakan ia tidak berniat memindahkan kedutaan kembali ke Tel Aviv.
Ironisnya, lokasi itu berdekatan dengan garis kasatmata yang membagi Yerusalem Barat dan Timur, bagian kota yang ditangkap oleh Israel dari Yordan pada Perang Enam Hari di tahun 1967.
Padahal tempat itu sudah diklaim oleh Palestina sebagai ibukota saat mereka merdeka.
Masih belum jelas apakah hal ini melanggar batas keduanya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini