Intisari-online.com -Korea Utara untuk saat ini sedang berada dalam posisi paling kontras yang bisa terjadi di negara itu.
Negara yang dipimpin oleh diktator dan keturunan-keturunannya itu tidak ingin ada pemimpin di luar keluarga Kim.
Itulah sebabnya dimulai dari Kim Il-Sung, kemudian tampuk kepemimpinan turun kepada Kim Jong-Il dan kemudian sekarang dipegang oleh Kim Jong-Un.
Hingga akhirnya, banyak yang bertanya siapa yang akan meneruskan rezim satu keluarga itu.
Keadaan menjadi cukup aneh ketika penerus Kim Jong-Un kemungkinan paling besar adalah adik perempuannya, Kim Yo Jong.
Pasalnya, Korea Utara merupakan negara patriarki, yang menolak bentuk kepemimpinan wanita model apapun.
Sedangkan untuk keturunan Kim Jong-Un selanjutnya, masih tidak ada yang diketahui tentang sosok itu.
Bahkan untuk jenis kelaminnya saja belum ada yang tahu.
Kini, pemberitaan terbaru Korea Utara menyatakan jika Kim Jong-Un mendapatkan promosi di partainya.
Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un naik jabatan di partainya, dari ketua menjadi sekretaris jenderal (sekjen).
Promosi yang dilaporkan media pemerintah Korut KCNA pada Senin (11/1/2021) itu, membuat Kim Jong Un kini memegang posisi mendiang ayahnya.
Menurut para analis, kenaikan jabatan itu bertujuan memperkuat otoritasnya, karena ekonomi Korea Utara sedang bergulat dengan lockdown virus corona.
Lima tahun lalu Kongres dari Partai Buruh secara resmi memilih Kim Jong Un sebagai ketua.
Sebagian besar orang memandang penobatan itu sebagai pengangkatan resmi menjadi pemimpin, untuk Kim Jong Un yang kala itu berusia awal 30-an.
Kemudian pada Minggu (10/1/2021) Kongres dengan suara bulat menetapkan Kim Jong Un sebagai sekjen partai, lapor kantor berita KCNA yang dikutip AFP.
"Semua delegasi menyatakan dukungan penuh dengan tepuk tangan meriah dan kegembiraan yang luar biasa," tulisnya.
Namun seiring dengan bersinarnya Kim Jong-Un, nama adiknya justru semakin jauh dari hingar bingar.
Bahkan, nama Kim Yo Jong justru hilang dari daftar baru Politbiro Partai Buruh yang berkuasa.
Hal itu menimbulkan pertanyaan tentang statusnya setelah beberapa tahun pengaruhnya meningkat.
Partai Buruh mengadakan pemilihan pada Minggu (10/1) untuk Komite Sentralnya di Kongres ke-8, yang memetakan tujuan kebijakan diplomatik, militer, dan ekonomi Korea Utara selama lima tahun ke depan.
Kim Yo Jong, saudara perempuan Kim Jong Un, tetap menjadi anggota Komite Sentral tetapi tidak termasuk dalam Politbiro, mengacu daftar yang kantor berita Korea Utara, KCNA, rilis pada Senin (11/1), seperti dikutip Reuters.
Pada 2017, Kim Yo Jong menjadi wanita kedua dalam patriarki Korea Utara yang bergabung dengan Politbiro, setelah bibinya Kim Kyong Hui.
Badan intelijen Korea Selatan mengatakan pada Agustus tahun lalu, Kim Yo Jong adalah "orang kedua secara de facto" bagi kakaknya.
Ketidakhadiran Kim Yo Jong dari daftar Politbiro terjadi beberapa hari setelah dia naik podium kepemimpinan untuk pertama kalinya bersama 38 eksekutif Partai Buruh saat kongres bergulir.
Baca Juga: Dugaan Kuat Kim Yo-jong Akan Gantikan Kim Jong-un, Jadi Diktator Wanita Pertama di Sejarah Modern
"Masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang statusnya, karena dia masih anggota Komite Sentral dan ada kemungkinan dia telah mengambil posisi penting lainnya," kata Lim Eul-chul, profesor studi Korea Utara di Universitas Kyungnam, Seoul, kepada Reuters.
Michael Madden, ahli kepemimpinan Korea Utara di Stimson Center yang berbasis di Amerika Serikat, mengatakan, Kim Yo Jong menikmati pengaruh tertinggi pada kebijakan, terlepas dari apakah dia berada di Politbiro atau tidak.
“Kita sudah terbiasa melihatnya dalam peran yang lebih publik, tetapi akar politik Kim Yo Jong dan pengalaman karier formatifnya ada di belakang layar, tidak duduk di panggung mendengarkan pidato,” ujarnya kepada Reuters.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini