Ngakunya Tidak Ada Kasus Covid-19 di Negaranya, Lantas Mengapa Kim Jong-Un Geger Menutup Negaranya Sendiri? Begini Rupanya…

Maymunah Nasution

Penulis

Kim Jong Un berpose dengan seragam militer.

Intisari-online.com -Korea Utara, salah satu negara paling terisolasi di dunia, masih melanjutkan bersikeras jika mereka sukses menangani Covid-19.

Negara itu terus mengabarkan tidak ada kasus virus Corona terkonfirmasi sejak awal pandemi.

Menurut kantor berita pemerintah, Korea Utara diberitakan mereka telah lakukan penanganan agresif untuk menahan virus.

Beberapa langkahnya adalah menutup perbatasan dengan China dan melarang turis asing masuk sejak China mengkonfirmasi kasus virus Corona di Wuhan, pusat pandemi virus Corona.

Baca Juga: Tak Peduli Dipimpin Donald Trump atau Joe Biden, Bagi Kim Jong-un Amerika Tetap Jadi Musuh Besar Korea Utara, Kekeh Tingkatkan Senjata Nuklirnya untuk Hadapi Musuh

Sementara banyak negara ragu untuk menutup perbatasan dan membatalkan banyak penerbangan di tahap awal pandemi karena bisa merugikan perekonomian dan persetujuan pemerintah.

Korea Utara bukan banyak negara itu, mereka tidak mempedulikan perekonomian untuk menahan virus Corona.

Sistem otoritas mereka bisa lakukan apa saja yang diinginkan untuk mencegah penyebaran virus di dalam negaranya, dan penanganannya begitu kasar sampai membuat WHO laporkan beberapa kali jika tidak ada satupun kasus Covid-19 dikonfirmasi di Korea Utara 2020.

Korea Utara telah mengklaim jika sistem kesehatan kelas dunia adalah salah satu alasan jika mereka bisa menghindari kasus apapun.

Baca Juga: Meski Sudah Dijinakkan Donald Trump, Kim Jong-un Kini Kembali Berulah Buat Dunia dalam Bayang-bayang Senjata Nuklirnya, Sadar Jika Pemimpin AS Ganti Korut Akan Alami Hal Ini

Namun tidak sejauh ini tidak ada perkembangan fasilitas medis di luar Pyongyang, ibukota Korea Utara.

Bagi mereka yang tidak tinggal di Pyongyang mungkin menderita dalam diam, tanpa dukungan pemerintah di tengah pandemi Covid-19.

"Mempertimbangkan hubungan spesial antara China dan Korea Utara, ada kemungkinan besar jika kasus Covid-19 ditemukan di Korea Utara sebelum di Korea Selatan, tapi mempertimbangkan situasi kesehatan dan kapasitasnya, kemungkinan besar pasiennya tidak terkonfirmasi," ujar Hwang Seung-sik, epidemiolog spasio-temporal di Seoul National University.

"Jika otoritas Korea Utara tidak secara resmi mengakui kasus yang terkonfirmasi, tidak ada yang tahu betapa serius situasi di sana seperti apa, sudah banyak waktu terlewatkan."

Baca Juga: Bak Dipaksa Makan Buah Simalakama, Joe Biden Dipastikan Akan DibuatSakit Kepala oleh Korea Utara,Tapi Berteman dengan China Juga Tidak Mungkin

China merupakan mitra dagang terbesar Korea Utara dan pendukung ekonomi utama negara itu.

Mengingat hubungan geopolitik dan ekonomi antara dua negara, ahli mengatakan jika sudah terlambat bagi Korea Utara untuk menutup perbatasan dengan China setelah China mengkonfirmasi virus Januari 2020 lalu.

Bahkan sudah ada kasus yang disebut pneumonia akut dilaporkan di China akhir 2019 lalu, juga ada beberapa kematian mencurigakan yang terjadi di Korea Utara.

Korban ekonomi

Baca Juga: Selangkah Lagi Dilantik Jadi Presiden AS, Joe Biden Dapat Ancaman dari Kim Jong-Un, Ngaku Siap Bangun Nuklir dan Sebut Amerika Sebagai Musuh Terbesar

Kecepatan Pyongyang menutup perbatasan dengan China mungkin telah mencegah bencana Covid-19, tapi ada harga mahal untuk itu.

Koran Korea Selatan melaporkan tahun lalu jika perdagangan Korea Utara dan China jatuh sebesar 76%, penurunan terbesar terjadi pada Oktober, saat perdagangan turun sebesar 99.4% dibandingkan tahun sebelumnya.

Informasi dibagikan oleh pembuat hukum yang menjabat di Komite Intelijen Dewan Nasional.

Di tengah kelumpuhan ekonomi, nilai tukar Dolar di Korea Utara yang biasanya 8000 won Korea Utara per Dolar pada Oktober 2020 telah turun menjadi 6500 won Korea Utara, yang dipandang para analis mencurigakan dan tidak dapat bertahan lama.

Baca Juga: Tak Pernah Menggubris Denuklirisasi, Kim Jong-un Akan Ciptakan Lebih Banyak Senjata Nuklir Super Besar yang Mampu Serang Musuh Berjarak 15.000 km

Faktanya otoritas Korea Utara telah melarang penggunaan Dolar AS dan renminbi China dan menghukum yang tetap menggunakannya, bisa dengan penjara untuk para warga yang tertangkap menggunakan mata uang tersebut.

Biasanya Korea Utara membeli dan menjual di 500 pasar menggunakan Dolar AS dan renminbi daripada won. Namun kini pemerintah Korea Utara menahan penggunaan mata uang asing, lebih-lebih untuk menguatkan pengaturan pasar dan mencapai nilai dan kredibilitas won itu sendiri.

Situasi Covid-19

Selama ini Korea Utara mengatakan jika mereka tidak memiliki kasus Covid-19 satupun, tapi Korea Utara tidak menghentikan menguatkan pembatasan.

Baca Juga: Negara Paling Korup di Dunia, Banyak Rakyat Korea Utara Hidup dalam Kemiskinan, Ini Fakta-fakta Kemiskinan di Negara Kim Jong-un

Tahun lalu Korea Utara telah meningkatkan jumlah tes dan menutup seluruh kota seperti Kaesong, Hyesan, Nampo dan Pyongyang.

Kim Jong-Un juga telah mengurangi kehadiran publiknya secara drastis dibandingkan aksinya tahun-tahun sebelumnya.

Penanganan pencegahan untuk memastikan Kim aman dari virus seharusnya tidak begitu perlu jika Korea Utara memang benar memiliki kasus Covid-19 dan mencegah masuknya pengunjung dari negara lain.

Kesimpulannya meskipun klaim mereka bertentangan, penanganan Korea Utara dan data ekonomi tunjukkan jika mereka kesulitan menahan virus dan telah memiliki kasus virus Corona.

Baca Juga: ‘Saya Janji Perkuat Pertahanan Korea Utara’ Perlihatkan ‘Kegagahannya’, Kim Jong Un Pertama Kalinya Pakai Seragam Militer dengan Senapan Serbu di Mejanya, Beberapa Minggu Sebelum Pelantikan Joe Biden, Apa Maksudnya?

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait