Satu skenario yang mungkin, bahkan mungkin, adalah bahwa segala sesuatunya tidak akan berubah menjadi sangat berbeda sama sekali.
Ini mungkin mengejutkan bagi mereka yang memiliki pandangan umum bahwa Jepang terkejut sampai menyerah oleh ganasnya serangan nuklir.
Faktanya, banyak sejarawan yang meragukan relevansi pemboman dengan penyerahan Jepang.
Mereka menunjukkan bahwa negara itu sudah terbiasa dengan serangan udara yang menghancurkan seperti Operation Meetinghouse, pemboman hebat di Tokyo yang telah terjadi beberapa bulan sebelumnya.
Mereka berpendapat bahwa serangan Hiroshima/Nagasaki,sementara jelas merupakan titik balik teknologi dalam sejarah, tidak lagi menjadi bencana bagi moral Jepang daripada serangan udara konvensional yang telah menghancurkan bangsa.
Menurut analisis ini, alasan sebenarnya dari penyerahan Jepang adalah invasi Soviet ke Manchuria yang dikuasai Jepang pada tanggal 9 Agustus 1945, hanya beberapa jam sebelum pemboman Nagasaki.
Hingga saat ini, Uni Soviet sebenarnya bersikap netral dalam perang dengan Jepang, dan banyak orang di pemerintahan Jepang berharap Stalin akan turun tangan dan membantu mereka menegosiasikan persyaratan yang lebih baik untuk menyerah kepada Amerika.
Ketika Stalin 'mengkhianati' mereka dengan bergabung dengan Sekutu, itu menjadi pukulan telak bagi pemerintah Jepang, melansir dari sky history.
Tsuyoshi Hasegawa, penulis Racing the Enemy: Stalin, Truman, and the Surrender of Japan, menulis bahwa, bahkan setelah pemboman Hiroshima, 'Jepang menggantungkan harapan terakhirnya pada mediasi Moskow untuk penghentian perang'.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR