Intisari-Online.com - Penyusutan lahan pertanian yang terjadi setiap tahun di Indonesia akibat pembangunan infrastruktur dan perumahan dipastikan memberikan dampak sosial yang cukup besar.
Direktur Jenderal Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang dan Tanah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Budi Situmorang mengatakan, setiap tahun luas area pertanian yang hilang mencapai 150.000 hingga 200.000 hektar.
Padahal, menurut Budi, seorang petani paling tidak bisa panen tiga kali dalam setahun.
Dengan asumsi sekali panen 5 ton beras per hektar, potensi kehilangan produksi beras bisa mencapai 3 juta ton per tahun.
Baca Juga: Kucing Jantan Tiga Warna; Bisakah Miliki Pola Garis pada Bulunya?
Belum lagi potensi hilangnya mata pencarian masyarakat akibat alih fungsi tersebut.
Sebagaimana dilansir Kompas pada April 2018 silam, Budi mengatakan, tidak semua petani siap melakukan perubahan mata pencarian secara cepat dari pertanian ke nonpertanian.
China Justru Sebaliknya
China telah mengatakan bertujuan untuk meningkatkan hampir 25 persen lebih banyak lahan pertanian pada tahun 2021 daripada yang dilakukannya tahun ini, dalam upayanya meningkatkan ketahanan pangannya selagi virus corona pandemi mengganggu rantai pasokan.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR