Dikutip dari Kompas (9 Novemver 1998), Sayid Ubaydillah mengatakan, "Waktu itu kami diminta membantu. Tugas kami memberikan perlindungan spiritual para anggota pasukan. Termasuk menangkal ilmu gaib yang mungkin dipakai para penyandera."
Kala itu, TNI termasuk Kopassus memang kesulitan menerabas lokasi penculikan di rimba belantara Mapenduma lantaran tak memiliki peta daerah.
Selain menghalau ilmu gaib musuh, tiga pendekar tersebut dianggap perlu terlibat dalam operasi pembebasan sandera yang penuh bahaya tersebut.
Hal itu karena mereka memiliki ilmu kanuragan, dapat melihat, mengendus dan meraba bahaya tanpa pancaindera.
Menurut Douglas Wilson, saat operasi Timor-Timur pada 1988-1989, Prabowo Subianto sebagai komandan Batalyon 328, telah aktif memperkenalkan perguruan pencak silat Satria Muda Indonesia (SMI) kepada para pemuda lokal.
Seorang instruktur senior SMI bercerita pernah ada pelatihan anggota SMI di Timor-Timur.
Douglas Wilson melanjutkan, pada tahun 1993, instruktur-instruktur SMI telah melatih para anggota Grup III Kopassus di Batujajar, Bandung.
Source | : | Tribun Jambi |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR