Intisari-online.com -Kemampuan pertarungan Indonesia memang sudah tidak diragukan lagi.
Menilik sejarah, banyak cerita-cerita mengenai peperangan yang melibatkan Indonesia yang buat negara lawan bertekuk lutut.
Salah satunya peperangan Indonesia melawan negara ini.
Ialah Inggris yang pernah sampai dibuat kewalahan oleh Indonesia.
Inggris dikabarkan sampai meminta dua sekutunya untuk membantu mereka.
Sejarah ini sempat ditulis di NZ History, terjadi 19 tahun setelah Indonesia merdeka.
Malaysia mulai dibantu Selandia Baru di tahun 1964 untuk melawan Indonesia.
Peperangan ini terjadi di bumi Borneo, tepatnya di Kalimantan Utara yang kala itu dikenal sebagai zona Konfrontasi.
Perebutan wilayah Kalimantan tersebut berlanjut selama 2 tahun sampai 1966.
Konon kabarnya sengketa yang berlanjut selama 2 tahun itu sampai membuat Indonesia diserang secara rahasia oleh Selandia Baru.
Era itu adalah era yang suram, karena konfrontasi Indonesia dan Malaysia berlangsung secara a lot.
11 Agustus 1966 DPR kedua negara akhirnya menandatangani perjanjian damai di Bangkok, akhirnya kekejaman yang dilakukan dua negara berakhir.
Pasukan 1RNZIR kemudian ditarik dari Kalimantan Oktober lalu.
Diketahui tidak ada kefatalan dari aksi Indonesia melawan Malaysia saat itu.
Namun 12 pasukan Selandia Baru meninggal atau terbunuh di periode waktu Konfrontasi antara 1964 sampai 1966.
Sejarah Konflik
Konfrontasi adalah konflik yang berkembang sejak tahun 1963 antara Indonesia dan Malaysia.
Kemerdekaan baru diraih Malaysia saat itu, mereka didukung oleh Persemakmuran Inggris.
Malaysia terbentuk dari digabungkannya Federasi Malaya (sekarang disebut Malaysia Barat), Singapura, dan koloni Mahkota/protektorat Inggris dari Borneo Utara dan Serawak pada September 1963.
Konon katanya, Inggris ingin membebaskan diri dari kerajaan Asia Tenggara, sebuah rencana yang menelurkan penggabungan tersebut.
Sebelumnya Inggris telah memberikan kemerdekaan kepada Singapura pada tahun 1957, dan kemerdekaan dengan Malaya dideklarasikan akhir dari 12 tahun Darurat pada tahun 1960.
Akhirnya London dan Kuala Lumpur mencapai kesepakatan resmi untuk membentuk federasi Malaysia pada November 1961.
Kesepakatan tersebut menuliskan jika federasi Malaysia terbentuk pada 31 Agustus 1963.
Inggris sendiri mendapat keuntungan tetap bisa menggunakan pangkalan militer Singapura sampai kapan saja.
Perlawanan Indonesia
Baca Juga: Sering Terlibat Polemik Perbatasan, Ini Perbandingan Kekuatan Militer Indonesia dan Malaysia
Indonesia sendiri sangat menentang pembentukan federasi Malaysia tersebut, dengan saat itu Presiden Soekarno tidak takut menyampaikan keberatannya.
Kelanjutan penggunaan pangkalan udara Singapura oleh London disebut Soekarno sebagai bentuk pemberian kemerdekaan tersebut tidak tulus.
Pasalnya, Soekarno khawatir Inggris menjadikan Malaysia satelit mereka dan ditaktukan dominasi Eropa di Asia Tenggara akan terus berlanjut.
Saat itu disebutkan jika perlawanan terhadap Malaysia juga dijadikan presiden sebagai pengalihan isu masalah dalam negeri berupa keadaan ekonomi Indoensia yang tidak karuan.
Akhirnya Menteri Luar Negeri Indonesia, Dr Subandrio secara resmi pada 20 Januari 1963 menyatakan bahwa Indonesia menempuh kebijakan Konfrontasi terhadap Malaysia.
Perang gerilya
Meskipun Malaysia dilawan Indonesia, Malaysia dan Inggris tenang karena pilihan Soekarno cukup terbatas karena senjata modern Uni Soviet kurang cukup melawan senjata Inggris.
Akhirnya strategi perang gerilya diajukan oleh Soekarno, dengan menggerakkan tentara Indonesia di pedalaman Kalimantan.
Jika pasukan Inggris-Malaysia bisa kalah, bisa jadi Inggris akkhirnya bisa dibujuk untuk meninggalkan tujuan membangun Malaysia.
Pasukan Indonesia bergerak lincah melewati batas dari Kalimantan untuk menyerang pasukan keamanan di Borneo sebelum dengan cepat kembali ke teritori Indonesia.
Operasi Claret
Inggris menjadi kewalahan menghadapi Konfrontasi, karena pasukan Indonesia sulit dicegah lancarkan serangan terbuka ke Malaysia. Meskipun pasukan laut dan udara telah dikirim dari Singapura, Inggris masih khawatir tentang menjaga perbatasan.
Untuk menjaga perbatasan sejauh 1600 km diperlukan jumlah pasukan yang tidak sedikit, hal yang segera dinilai mustahil bagi Inggris, lebih-lebih Indonesia lebih paham tentang wilayahnya daripada Malaysia.
Direktur operasi di Kalimantan, Mayor Jenderal Sir Walter Walker yang sudah frustrasi akhirnya meminta izin mengejar para gerilyawan yang melintasi perbatasan.
Operasi lintas batas itu dinamakan Claret, sebuah nama sandi yang disematkan oleh Inggris, inisiatif dari musuh diperebutkan.
Akhirnya sejak Mei 1964, sebagian besar pasukan SAS beroperasi dalam empat kelompok dan secara terus-terusan beroperasi di wilayah yang melintasi perbatasan.
Keberhasilan operasi ini terbilang rendah karena perlu sumber daya yang banyak dan pasukan Inggris terbilang terbatas, akhirnya Selandia Baru bersama Australia diminta Inggris untuk mengirimkan pasukan tempur ke Kalimantan untuk membantu mereka.
Awalnya, bantuan itu ditolak oleh Selandia Baru, yang sudah minder dahulu dengan pasukan Indonesia, Selandia Baru waktu itu tidak ingin merusak hubungan dengan Indonesia, yang sudah dianggap sebagai kekuatan kuat meskipun belum 20 tahun merdeka.
Indonesia sendiri tidak selalu mendapatkan kemenangan, sampai-sampai operasi militer diperluas oleh Soekarno sampai ke Semenanjung Malaya.
1 September, 98 pasukan terbang Indonesia didaratkan di sebelah utara Labis, wilayah Johor. Saat itu unit Persemakmuran yang ada adalah Batalion Pertama, RNZIR, yang kemudian mendapat restu Selandia Baru untuk digunakan untuk memburu pasukan Indonesia, yang dengan segera menyerah tanpa perjuangan.
Pasukan Selandia Baru ditambahkan dua bulan kemudian, gunanya untuk menangkap pasukan amfibi kecil yang mendarat di mulut Sungai Kesang di barat daya Johor.
Squadron RNZAF 14 yang terdiri dari 6 pengebom Canberra kemudian dikirim ke Singapura, dan tetap berjaga di sana sampai Konfrontasi berakhir.
Pasukan Selandia Baru ditambahkan beberapa kali setelah itu, karena pasukan Indonesia sulit dikalahkan.
Hingga akhirnya, Konfrontasi berakhir antiklimaks setelah pemberontakan G30S/PKI yang kemudian menjadikan Soeharto menjadi Presiden Indonesia selanjutnya.
Agenda Konfrontasi tidak menarik minat Soeharto, yang lebih tertarik memperbaiki stabilitas ekonomi Indonesia, sehingga ia mengakhiri Konfrontasi tersebut dan kesepakatan perdamaian disepakati Indonesia dan Malaysia pada 11 Agustus 1966 di Bangkok, Thailand.
Meskipun berakhir tidak menghasilkan apapun, sudah jelas jika pasukan Indonesia berhasil menggegerkan pasukan musuh secara efektif.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini