Intisari-online.com -Laut China Selatan kembali dikabarkan akan panas setelah China mulai gaet pulau 'terlupakan' millik Taiwan ini.
Tidak dipungkiri, tujuan lain China berusaha menguasai Laut China Selatan adalah untuk menguasai Taiwan.
Taiwan dianggap China sebagai salah satu provinsi yang nakal 'memerdekakan diri'.
Taiwan sendiri memilih hal tersebut karena ingin lepas dari rezim sosialis China daratan.
Taiwan, yang pulaunya juga termasuk berada di perairan Laut China Selatan, menghadapi tekanan lebih dari latihan militer China yang rutin.
Intimidasi militer China kepada Taiwan meningkat setiap harinya selama setahun terakhir ini, tapi para ahli justru kabarkan jika hal itu baru separuhnya.
Menurut pemberitaan terbaru, ahli peringatkan serangan China dan bahaya yang menunggu di Selat Taiwan.
Media China menggunakan bahasa 'menghukum Taiwan' sehingga banyak yang khawatir keterlibatan China dalam aksi militer melawan Taiwan.
Saat ini, kemungkinan tentara China (PLA) mengirimkan sepasukan untuk menduduki pulau itu termasuk tidak mungkin untuk dilaksanakan.
Hal ini karena kemungkinan operasi militer sukses tanpa timbulkan banyak korban jiwa bagi China itu kemustahilan.
Meski begitu, China memiliki pilihan lain.
Salah satunya adalah menekan atau menduduki Pulau Pratas.
Pulau Pratas
Pulau Prratas terletak di bagian utara Laut China Selatan dan termasuk pulau di bawah juridiksi Taiwan.
Namun pulau itu malah lebih dekat dengan garis pantai China daratan daripada Taiwan sendiri.
Dulunya pulau ini hampir terlupakan, tidak banyak yang tertarik dengan pulau ini.
Namun banyak mata mulai melirik pentingnya Laut China
Selatan, sehingga keterkaitan strategi di Pulau Pratas mulai meningkat.
Kunci bagi China adalah jika China berhasil mengontrol Pulau Pratas, pulau tersebut dapat berfungsi sebagai penjaga gerbang China.
Dengan itu China mudah mengawasi AS dan negara lain yang masuki Selat Taiwan dengan kapal atau jet tempur.
Selat Taiwan adalah pintu masuk menuju Laut China Selatan dari Samudra Pasifik.
Pulau Pratas atau Pulau Dongsha ini merupakan kepulauan lain di Laut China Selatan yang hanya terdiri dari bebatuan saja.
Pulau ini memiliki bandar udara, tapi tidak ada penduduk tetap.
Pengisi pulau karang tersebut hanyalah sejumlah pejabat sipil dari Coast Guard Taiwan serta beberapa peneliti saja.
Diyakini sekitar 500 tentara Kelompok Marinir Taiwan juga ditempatkan di pulau tersebut.
Namun pulau tersebut memiliki kekurangan bentuknya datar dan sangat kecil, hampir tidak mungkin untuk dipertahankan.
Sejak Agustus, disebutkan laporan tentara China berulang kali lakukan latihan militer di wilayah tersebut.
Pesawat tentara China terbang hampir setiap hari dalam upaya jelas memotong suplai antara Pulau Pratas ke pulau Taiwan.
Oktober lalu, pesawat komersil Taiwan terbang dari Kaohsiung membawa suplai ke Pulau Pratas.
Namun mereka diingatkan oleh pemantau lalu lintas udara Hong Kong jika mereka tidak dapat masuk ke Hong Kong dan dikembalikan ke Taiwan.
Hal tersebut tunjukkan jika China dapat mengambil alih Pulau Pratas saat Presiden China Xi Jinping ingin melakukannya.
Hal ini membawa banyak keuntungan bagi China, antara lain pertama, mendemonstrasikan niat dan kemampuan China kepad Taiwan dan negara tetangga lainnya.
Kedua, China dapat memiliterisasi pulau tersebut untuk langkah mereka menguasai seluruh Laut China Selatan, seperti halnya yang mereka lakukan di Kepulauan Spratly.
Ketiga, ini akan menjadi goncangan di hari-hari awal administrasi Biden dengan merebut kembali inisiatif dari AS setelah 4 tahun di bawah Presiden Donald Trump.
Keempat, Pulau Pratas bisa dimanfaatkan China untuk mempermainkan perang propaganda jika penyatuan China dan Taiwan semakin dekat baik di dalam maupun di luar negeri.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini