Penulis
Intisari-Online.com - Perseteruan China dan Taiwan masih berlangsung hingga saat ini.
China menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, tetapi para pemimpin Taiwan berpendapat mereka memiliki kedaulatan.
Beijing telah lama mencoba membatasi aktivitas internasional Taiwan dan keduanya bersaing untuk mendapatkan pengaruh di kawasan Pasifik.
Meskipun Taiwan hanya diakui secara resmi oleh segelintir negara, pemerintahannya yang dipilih secara demokratis memiliki hubungan komersial dan informal yang kuat dengan banyak negara.
Hubungan antara China dan Taiwan tegang dan ada ancaman kekerasan yang dapat menyeret AS, sekutu Taiwan.
Taiwan tidak memungkiri bahwa China memiliki kekuatan militer yang besar.
Namun bukan berarti Taiwan menyerah begitu saja.
Taiwan tetap berupaya keras untuk meningkatkan kekuatannya, termasuk dengan meminta dukungan pada AS.
AS telah menjanjikan dukungannya kepada Taiwan dalam berbagai bentuk, termasuk kesepakatan senjata bernilai miliaran pound dan partisipasi dalam program kapal selam.
Pada bulan Oktober, AS menyetujui penjualan senjata senilai $ 1,8 miliar (£ 1,3 miliar) ke Taiwan, termasuk peluncur roket, sensor, dan artileri.
Selain itu, Taiwan pun mulaimembangun delapan kapal selam serang baru sebagai tanggapan atas kekuatan militer negara adikuasa, China.
Melansir Express.co.uk, Selasa (8/12/2020), kapal selam baru tersebut nantinya akan melengkapi armada yang mulai menuadan akan dioperasikanmulai akhir 2024.
Selama ini,Taiwan memiliki empat kapal selam yang dibeli dari Belanda pada 1980-an dan dua dari AS yang berasal dari tahun 1940-an.
Sedangkan China memiliki angkatan laut terbesar di dunia, dengan lebih dari 300 kapal perang dan kapal selam.
Rencana ekspansi China yang ambisius akan membuat China menambah armadanya mencapai lebih dari 550 pada 2030.
Owen Cote, seorang ahli kapal selam di Massachusetts Institute of Technology, mengatakan kepada Forbes bahwa Taiwan dapat memiliki keunggulan atas China di Selat Taiwan.
Cote berkata: "Perairan yang dangkal dan bising di Selat Taiwan sangat mendukung kapal selam daripada pasukan udara dan permukaan (anti-kapal selam)."
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan dalam sebuah upacara untuk menandai rencana tersebut: "Pembangunan tersebut menunjukkan keinginan kuat Taiwan kepada dunia untuk melindungi kedaulatannya."
Xavier Chang, juru bicara Kantor Kepresidenan Taiwan, mengatakan kapal tersebut mewakili "tonggak baru dalam rencana pembuatan kapal selam nasional".
Pada 24 November, Presiden Tsai men-tweet: “Bangga meluncurkan program kapal selam #MadeInTaiwan kami.
“Terima kasih kepada semua orang yang membantu kami mengatasi semua rintangan, menghapus semua keraguan dan memulai produksi dalam negeri.
"Kami lebih bertekad dari sebelumnya untuk terus mengembangkan industri pertahanan diri kami & menjaga kedaulatan dan demokrasi kami."