Advertorial
Intisari-online.com -Iran tengah menghadapi duka berat saat ini.
Namun seperti tidak simpati, Israel malah bersuka ria atas kesedihan Iran.
Beberapa waktu yang lalu ilmuwan nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh telah terbunuh.
Ia terbunuh oleh Israel, sebagaimana negara Zionis itu mengakui tindakan mereka.
Israel bahkan mengaku akan tetap bersikap melawan program nuklir Iran 'sebagaimana diperlukan'.
Hal itu disampaikan oleh pejabat Israel yang dilaporkan terlibat penguntitan Mohsen Fakhrizadeh kepada media Amerika New York Times.
Disampaikan pada hari Minggu, pejabat Israel tersebut juga menyebut ancaman global berupa senjata sudah berhasil mereka cegah.
Pejabat yang hanya ingin disebut dalam kondisi anonim tersebut mengatakan juga jika Israel akan terus melacak ambisi nuklir Iran.
Eks-pejabat CIA yang juga berbicara kepada Times, Bruce Riedel, menyebut dugaan operasi Israel "belum pernah terjadi sebelumnya".
Ia juga menambahkan bahwa ini tunjukkan 'tidak ada tanda-tanda akan dibalas secara efektif oleh Iran'.
Riedel, rekan seniro di Pusat Saban untuk Kebijakan Timur Tengah di Institusi Brookings, mengatakan Israel telah menginvestasikan sejumlah sumber untuk agensi mata-mata terutama di Iran.
Itu sebabnya terbunuhnya Mohsen Fakrizadeh diunggul-unggulkan Israel.
Baca Juga: Setelah Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran, Kapal Induk AS Bergerak Menuju Kawasan Teluk, Ada Apa?
Tidak main-main, Israel menggunakan orang asli Farsi di populasinya sendiri di Iran sebagai mata-mata.
Sebuah langkah memanfaatkan jaringan aset manusia di dalam Iran dan operasi yang bermarkas di negara tetangga seperti Azerbaijan, menurut Riedel.
Fakta bahwa Fakhrizadeh terbunuh 8 tahun setelah pembunuhan ahli nuklir Iran sebelumnya tunjjukkan jika "permainannya akan dimulai" papar mantan pejabat CIA tersebut.
Ia sudah mewanti-wanti aksi lain yang diterapkan oleh Israel mungkin akan dilancarkan dalam waktu dekat.
Israel tidak secara resmi mengkonfirmasi keterlibatannya dalam pengeboman dan penembakan di kota Absard, Iran, lokasi terbunuhnya Fakhrizadeh.
Rupanya, upaya menekan program nuklir Iran sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu.
Pada tahun 2010, 12 Januari, ilmuwan senior nuklir Iran Prof. Massoud Ali Muhammad terbunuh di Teheran Utara.
Selanjutnya pada September 2010, virus komputer yang dikenal sebagai 'Stuxnet' dikirimkan menunju fasilitas sentrifugal di perkayaan uranium Natanz.
Kemudian pada 29 Oktober 2010, ilmuwan program nuklir Iran paling senior saat itu Prof. Majid Shahariari dan ilmuwan nuklir lain terbunuh dalam dua pembunuhan terpisah di Teheran.
Selanjutnya pada 23 Juli 2011, profesor fisika yang terlibat di program nuklir Iran terbunuh oleh sosok bersenjata yang mengendarai sepeda motor di Teheran.
Ahli kimia yang juga bertugas sebagai deputi direktur dari fasilitas pengkayaan uranium Natanz juga terbunuh pada ledakan di Teheran pada 11 Januari 2012.
Kemudian 6 tahun semenjak itu, pada 31 Januari 2018, Israel membobol sebuah gudang tempat dokumen dari program nuklir Iran disembunyikan atas perintah Teheran, beserta 10 ribu dokumen rahasia.
Berlanjut 2 tahun kemudian pada 26 Juni 2020, redakan pangkalan militer Parchin terjadi di mana Iran dilaporkan menguji pemicu ledak untuk memicu senjata nuklir.
30 Juni 2020 terjadi ledakan di Khojir, kota dekat Parchin, sebuah pangkalan yang dikelilingi oleh terowongan bawah tanah yang diyakini oleh negara Barat sebagai depot besar amunisi.
Pangkalan tersebut memproduksi bahan bakar untuk mengisi stok rudal balisitk Pasukan Revolusioner.
2 Juli 2020, ledakan yang dikirimkan oleh Israel di Natanz, merusak struktur yang mengandung alat sentifugal untuk pengkayaan uranium. Diperkirakan jika program nuklir Iran diundur satu-dua tahun.
Selanjutnya pada 19 Juli 2020, ledakan dilaporkan terjadi di pembangkit listrik di Isfahan, Iran tengah.
Hingga akhirnya pada 27 November 2020, pemimpin dan koordinator kunci senjata nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh, terbunuh di dekat Iran.
Para pejabat senior Iran, termasuk Menteri Luar Negeri Javad Zarif, mengatakan Israel jelas-jelas di belakang serangan ini.
"Teroris membunuh ilmuwan ahli Iran hari ini, peran pengecut ini tunjukkan sikap mereka yang ptuus asa," tulis Zarif di Twitter Jumat kemarin.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara efektif justru semakin memanas-manasi rumor tersebut, dengan mengunggah video di media sosialnya Jumat lalu jika ia "tidak bisa mengatakan semuanya" mengenai aksinya terhadap tindakan Israel minggu lalu.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini