Advertorial
Intisari-Online.com - Minggu ini, Presiden AS terpilih, Joe Biden, memperkenalkan sosok yang bakal masuk menjadi tim keamanan nasional AS.
Salah satu di antaranya adalah seorang wanita yaitu Avril Haines.
Haines ditunjuk Biden untuk mengisi kursi pemerintahannya sebagai Direktur Intelejen AS CIA.
Melansir The Sydney Morning Herald, Sabtu (28/11/2020), perjalanan Avril Haines ke puncak dunia keamanan nasional AS lebih mirip naskah film daripada jalan seorang wanita yang akan membuat sejarah sebagai kepala mata-mata wanita pertama di Amerika.
Jauh sebelum Biden menominasikannya untuk menjadi Direktur Intelijen Nasionalnya, Haines menguasai judo di akademi elit di Tokyo.
Selain itu, Haines juga belajar menerbangkan pesawat sambil belajar fisika di Chicago dan membuka toko buku di Baltimore.
Tetapi pekerjaan Haines untuk pemerintahan Obama - di mana dia membantu mengawasi program serangan pesawat tak berawak yang kontroversial -telah memperkuat reputasi profesionalnya.
Pertama sebagai wakil direktur CIA dan kemudian sebagai wakil penasihat keamanan nasional Obama.
Baca Juga: Tak Usah Khawatir Kurus, Coba Resep Jamu Penggemuk Badan Berikut Ini!
"Dia pembela yang gigih untuk mengatakan yang sebenarnya," kata Biden saat mengumumkan pengangkatannya.
“Jika dia mendapat kabar tentang ancaman datang ke pantai kami, seperti pandemi lain atau campur tangan asing dalam pemilu kami, dia tidak akan berhenti memberikan peringatan sampai orang yang tepat mengambil tindakan. Orang-orang akan dapat menerima kata-katanya karena dia selalu menyebutnya seperti yang dia lihat."
Jika Haines dikonfirmasi oleh Kongres, dia akan menjadi wanita pertama yang memimpin komunitas intelijen Amerika - sebuah koalisi dari 17 organisasi (lembaga mata-mata AS)mulai dari Badan Keamanan Nasional hingga FBI dan Departemen Luar Negeri.
Ini adalah jenis perubahan yang menurut banyak orang sangat dibutuhkan setelah Donald Trump, yang menurut para pengkritiknya menghabiskan empat tahun terakhir merusak keamanan nasional, mempolitisasi peran-peran intelijen utama, dan mengabaikan nasihat ahli dari agensinya sendiri.
Penunjukan Haines, seperti pemilihan kabinet Biden lainnya minggu ini menandai dimulainya pendekatan yang sangat berbeda terhadap keamanan nasional dan kebijakan luar negeri Trump.
Tugasnya adalah menjaga keamanan Amerika, menasihati Presiden dalam segala hal mulai dari serangan dunia maya hingga terorisme, ancaman pandemi, dan lanskap geopolitik yang terus berubah.
Tetapi meski pencalonannya kemungkinan besar akan disetujui oleh Senat, tetap ada pihak yang menentangnya.
Beberapa orang telah menyuarakan keprihatinan tentang dukungan Hainesuntuk Gina Haspel - direktur wanita pertama CIA - yang pencalonannya oleh Trump pada 2018 menjadi kontroversial setelah diketahui bahwa dia telah menjadi pendukung teknik penyiksaan seperti waterboarding.
Baca Juga: Heboh, Buaya Sepanjang 2,9 Meter Masuk di Parkiran Mal, Sedang Mencari 'Harta Berharga' Ini?
Berbicara mengenai teknik waterboarding, itu merupakan salah satu teknik interogasi sambil menyiksa korbannya.
Waterboarding sebenarnya sebuah cara penyiksaan dengan alat-alat sederhana dan murah.
Meski sangat murah, efek yang ditimbulkannya bagi yang disiksa sungguh mengerikan.
Keadaan ketika disiksa dengan waterboarding digambarkan seperti keadaan hidup dan mati.
Dalam teknikwaterboarding, seorang tersangka diikat atau dipegangi dengan posisi terlentang.
Seluruh muka ditutupi dengan kain dan kemudian dituangkan air ke arah mukanya tersebut.
Air tersebut akan menghalangi udara yang akan dihisap oleh tersangka.
Baca Juga: Ada Inggris dan Arab Saudi, Milik Negara Mana yang Lebih Kaya? Ini 5 Militer Paling Kaya di Dunia
Akibatnya bisa sangat fatal, yaitu merusak paru-paru dan otak, bahkan hingga kematian.
Namun yang lebih mengerikan adalah efek traumatis yang tak bisa hilang berbulan-bulan lamanya.
Teknik menyiksa waterboarding pertama kali ditemukan pada abad pertengahan di Spanyol.
Digunakan oleh rezim Raja Ferdinand dan Isabella pada tahun 1400-an untuk menyiksa rakyat yang tidak mengindahkan Dekrit Alhambra yang dikeluarkannya.
Waterboardingjuga pernah dikeluarkan oleh VOC untuk menyiksa tawanan di Maluku pada tahun 1600-an.
Di era abad terkini,waterboardingjamak digunakan oleh para tentara untuk mengorek keterangan dari musuh yang ditangkap.
Dalam Perang Dunia II, Perang Vietnam, Konflik Kamboja, dan beberapa peperangan lainnya,waterbaoardingmerupakan cara favorit untuk menginterogasi tawanan.
Secara sembunyi-sembunyi CIA juga mengadopsi cara penyiksaan tersebut.
Hal ini mencuat ketika beberapa tahanan, seperti Khalid Sheikh Muhammed dan Abu Zubaida yang diduga terkait dengan Al Qaeda membeberkan hal tersebut.
Selain itu juga terbukti bahwa jenis penyiksaanwaterboardingdiajarkan di akademi militer AS dan pendidikan CIA.
Militer AS menghentikan cara penyiksaan ini tahun 2006 ketika Departemen Pertahanan AS menyatakan ilegal.
Namun CIA yang bukan bagian dari militer baru menghentikannya pada Januari 2009 setelah ada perintah langsung dari Presiden Barack Obama.
Moh Habib Asyhad