Advertorial
Intisari-Online.com - Bak anjing dan kucing.
Itulah kalimat yang tepat untuk membayangkan hubungan Iran dan Israel yang tidak pernah rukun.
Memang dua negara tak pernah terlibat perang secara langsung, namun hubungan keduanya terus meningkat menjadi panas.
Buruknya, baik Iran maupun Israel dikenal memilikiangkatan bersenjata yang cukup kuat.
Jika terjadi konflik bersenjata di antara keduanya, maka dipastikan konflik tersebut akan amat berdarah.
Iran, sebagai negara memiliki wilayah yang jauh lebih luas dan penduduk yang lebih banyak dibanding Israel.
Namun, wilayah luas dan penduduk banyak tidak serta merta berbanding lurus dengan kemampuan militer.
Teknologi militer dan pengalaman merupakan faktor penentu lainnya.
Kemampuan teknologi jauh lebih penting di masa ketika jalannya perang amat ditentukan dengan kemajuan teknologi sebuah negara.
Saat ini, dua negara yang berperang tak perlu bertemu muka secara langsung.
Kehancuran bisa dilakukan dari jarak jauh cukup dengan menekan beberapa tombol saja.
Israel adalah negara kecil dengan populasi hanya 8,5 juta jiwa.
Tetapi sepenjang sejarahnya Israel telah melalui sejumlah konflik demi memastikan eksistensinya sebagai negara.
Sejarah yang keras dikombinasikan dengan teknologi serta kedekatan dengan negara-negara Barat yang kuat membuat Israel menjadi salah satu negara dengan militer paling tangguh di dunia.
MenurutGlobal Firepower, Israel memiliki sekitar 170.000 personel militer aktif dan 445.000 personel cadangan.
Wajib militer diterapkan untuk semua warga Israel berusia paling tidak 18 tahun, membuat negeri ini memiliki rakyat terlatih yang amat banyak dan bisa dikerahkan di saat perang.
Di sisi lain, meski secara teknologi militer Iran tak secanggih Israel, tetapi angkatan bersenjata negeri itu tak bisa dipandang sebelah mata.
Dengan penduduk mencapai 82 juta jiwa, membuat Iran tak kesulitan membentuk angkatan perang dengan 532.000 personel aktif dan 400.000 personel cadangan.
Jumlah ini membuat Iran menjadi negara dengan angkatan bersenjata terbesar di kawasan Timur Tengah.
Jika perang frontal terjadi maka sumber daya manusia menjadi isu utama.
SDM Iran yang memenuhi syarat untuk berperang mencapai 47 juta jiwa dibanding Israel yang hanya 3 juta jiwa.
Namun, sekali lagi, seberapa penting jumlah sumber daya manusia akan ditentukan dengan bagaimana perang itu dijalankan.
Menurut Institut Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), pada 2017 Israel menggelontorkan dana 16,5 miliar dolar AS untuk militernya.
Sedangkan Iran sebenar 14,5 miliar dolar AS.
Meski selisih anggaran pertahanan kedua negara tidak besar fakta bahwa Israel menganggarkan lebih banyak uang untuk militernya yang lebih kecil berimbas pada kualitas peralatan tempurnya.
Israel memiliki lebih banyak tank dibanding Iran yaitu 2.760 unit berbanding 1.650 unit.
Tak hanya unggul dari sisi kuantitas, kualitas tank-tank Israel juga di atas Iran.
Tank Merkava buatan Israel dianggap sebagai salah satu tank terbaik di dunia dari sisi persenjataan dan pertahanan.
Sementata, sebagian besar tank milik Iran masih berkatagori "kelas dua" meski negeri itu tengah mengembangkan tank Karrar yang diklaim setara dengan tank-tank ternama dunia.
Di sisi pertahanan udara, Israel memiliki angkatan udara yang dinilai sebagai salah satu yang terbaik di dunia, baik dari sisi pelatihan maupun peralatannya.
Pilot-pilot Israel juga amat berpengalaman dengan misi reguler ke Suriah, Lebanon, Jalur Gaza, dan Semenanjung Sinai di Mesir.
AU Israel diperlengkapi lebih dari 250 pesawat tempur termasuk 50 buah jet canggih Lockheed Martin F-35, yang termasuk pesawat tempur generasi kelima di dunia.
Sedangkan Iran hanya memiliki 160 jet tempur dan tak satu pun memiliki kemampuan yang setara dengan F-35.
Lebih jauh, pilot-pilot Iran juga kurang berpengalaman dibanding para pilot Israel.
Di sisi kekuatan maritim, kedua negara sama-sama tidak memiliki angkatan laut yang siginifikan.
Iran memiliki lebih dari 30 kapal selam, lima fregat, tiga korvet, dan lebih dari 200 kapal patroli.
Sementara Israel saat ini hanya memiliki lima kapal selam, tiga korvet, delapan kapal misil, dan 45 kapal patroli.
Namun, jika melihat dari kondisi geografis kedua negara maka perang laut antara Iran dan Israel kecil kemungkinan akan terjadi.
Nah, yang mengerikan jika terjadi perang total maka Israel memiliki keunggulan yaitu senjata nuklir.
Meski selalu merahasiakan persediaan senjata nuklirnya, Israel diyakini memiliki 75-400 hulu ledak nuklir.
Hulu ledak nuklir ini bisa ditembakkan dengan menggunakan misil balistik Jericho, diluncurkan dari kapal selam atau dari jet tempur.
Sementara Iran tidak memiliki kapabilitas nuklir.
Meski kesepakatan nuklir berantakan, dibutuhkan waktu bertahun-tahun hingga Iran bisa disebut negara nuklir.
Tetapi, Iran mampu membangun dan mengembangkan misil balistik yang sudah diakui amat berbahaya dan mampu menghantam sasaran di wilayah Israel.
Namun, layaknya pemain kartu, Iran masih memiliki kartu "As" yaitu dukungannya untuk berbagai kelompok bersenjata anti-Israel di Timur Tengah.
Alhasil, Iran memiliki cara tersendiri untuk menghantam Israel saat konflik terjadi.
Salah satu kelompok itu adalah Hezbollah di Lebanon yang amat ditakuti Israel karena amat terlatih dan dipersenjatai dengan baik.
Bahkan kekuatan Hezbollah jauh di atas kemampuan militer Lebanon dan mereka memiliki keuntungan karena bisa beroperasi dengan lebih bebas.
Pengalaman Hezbollah bertempur di Suriah memberikan keuntungan tersendiri yang amat bermanfaat jika perang pecah.
Selain itu, Hezbollah juga memiliki banyak persediaan roket yang bisa ditembakkan ke wilayah Israel.
Selain Hezbollah, Iran juga mendukung Hamas dan Jihad Islam yang keduanya berada di Jalur Gaza.
Meski kecil kedua kelompok ini memiliki persediaan senjata yang cukup signifikan.
(Ervan Hardoko/Kompas.com)