Advertorial
Intisari-Online.com - Militer Amerika Serikat (AS) sedang bersiaga.
Ini karena terjadi ketegangan pascatewasnyaMohsen Fakhrizadeh, ilmuwan Iran yang dicurigai oleh Barat mendalangi program bom nuklir rahasia Iran.
Presiden Iran mengklaim bahwa Israel berada dibalik kasus pembunuhan ini.
Karena inilah AS mengerahkankapal induk USS Nimitz dikerahkan ke Teluk pada minggu ini, beberapa hari sebelum pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka dari Iran.
WalauAngkatan Laut AS mengatakan bahwa pengerahan kapal induk tersebut tidak terkait dengan ancaman khusus di kawasan tersebut, tapi Iran tetap waspada.
Jika Iran dan AS berperang, siapa yang akan menang?
Jika memetakan kekuatan dari kedua negara, jelas Iran kalah telak dan Amerika jelas diuntungkan untuk pertempuran satu lawan satu.
Hal itu terlihat seperti Amerika menghancurkan Taliban di Afganistandan menyapu Saddam Hussein dari kekuasaan di Irak hanya dalam beberapa minggu.
Sejak Perang Vietnam, pasukan AS tidak pernah kalah dalam pertempuran.
Terlepas dari itu, tidak satu pun dari konflik itu berakhir dengan kemenangan total.
Dan pertempuran-pertempuran tersebut telah menunjukkan bagaimana kekuatan militer Amerika yang didasarkan pada kecanggihan teknologi mereka.
Dalam hal populasi Iran hanya memiliki 80 juta penduduk, angka yang lebih kecil dibandingkan AS dengan 325 juta penduduk.
Sementara jumlah, militer AS sekitar 1,3 juta personel militer aktif dan Iran hanya memiliki 550 ribu termasuk personel cadangan, sedang AS masih menyimpan 2 juta personel cadangan.
Sementara kekuatan darat Iran hanya memiliki 1.600 tank sedangkan AS memiliki 5.000 dan keduanya dalam kondisi siap tempur.
Untuk pasukan udara, AS memiliki 13 ribu pesawat militer di semua cabang sedang Iran hanya memiliki 550 pesawat dengan teknologi sisa-sisa perang dingin.
Terakhir di kubu angkatan laut, Amerika mempunyai 282 kapal induk dengan kekuatan tempur yang disebarkan termasuk, 11 kapal induk bertenaga nuklir.
Sedang Iran hanya memiliki 50 kapal perang, dengan perahu konvensional yang bisa digunakan untuk perahu bunuh diri.
Selait yang disebutkan diatas jelas anggota militer milik Amerika lebih terlatih daripada militer Iran.
Namun, satu kemungkinanan yang bisa membuat Iran menang adalahsebab tidak ada prospek Iran meluncurkan perang konvensional melawan AS.
Teheran juga bukanlah ancaman militer konvensional terhadap Amerika.
Akan jauh lebih mungkin untuk bergantung pada operasi rahasia dan asimetris misalnya, serangan cyber atau teror terhadap target AS atau sekutunya di Timur Tengah.
Para pengamat umumnya sepakat bahwa invasi ke Iran akan jauh lebih menantang dan berdarah daripada Perang Irak.
Meskipun Saddam digulingkan dalam beberapa minggu, bertahun-tahun perang gerilya menyebabkan hampir 5.000 orang Amerika mati, puluhan ribu tentara terluka, dan ratusan ribu korban sipil.
Irak adalah negara yang jauh lebih kecil daripada Iran, dan daerahnya jauh lebih cocok untuk pasukan lapis baja AS yang membuat takut lawan-lawan mereka pada 2003.
Ini bukan hanya intervensi Timur Tengah, namun perang dengan Iran akan menjadi prospek yang menghancurkan bagi semua orang yang terlibat.
(Afif)