Advertorial
Intisari-Online.com - Seorang pria bernama A Zheng tinggal di Kota Kaohsiung, Taiwan.
Dia telah berusia 35 tahun, namun belum juga menemukan pasangan hidup yang cocok dengannya.
Padahal, dia juga seorang pria yang kaya raya.
Karena terus-menerus mendapat tekanan dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya, A Zheng pun pergi ke perusahaan biro jodoh.
Melansir Eva.vn, Jumat (27/11/2020), A Zheng harus membayar biaya sebesar 50.000 yuan (sekitar Rp107 juta) agar bisa dicarikan pasangan.
Setelah membayar biaya yang disepakati, A Zheng pun menandatangani kontrak dengan biro jodoh tersebut.
Kesepakatannya adalah, biro jodoh itu akan menemukan pasangan seperti yang diminta A Zheng yakni wanita tersebut harus lulus dari sekolah menengah dan masih perawan.
Tak lama kemudian, A Zheng mendapat kabar bahwa biro jodoh tersebut telah menemukan pasangan yang cocok untuknya.
Pada 26 Oktober, A Zheng terbang dari Kaohsiung ke Provinsi Guangxi, China untuk bertemu dengan wanita yang akan dijodohkan dengannya.
Di sana, dia berkenalan dengan seorang wanita bermarga Zhao.
Bahkan, saat pertama kali bertemu, keduanya sudah menunjukkan cinta dan kasih sayang satu sama lain.
Pada hari yang sama, A Zheng dan Zhao setuju untuk berkencan dan menjadi sepasang kekasih.
Hubungan asmara keduanya pun dengan cepat menuju jenjang yang lebih serius.
Pada 31 Oktober, 5 hari setelah kencan pertama mereka, A Zheng dan Zhao memutuskan untuk menikah.
A Zheng juga harus membayar perusahaan biro jodoh tersebut 220.000 yuan (sekitar Rp470 juta).
Namun, hanya beberapa hari setelah pernikahannya, A Zheng baru menyadari sesuatu yang membuatnya syok.
Saat itu, dia menyadari bahwa biro jodoh tersebut ternyata memberikan padanya laporan palsu mengenai wanita pujaan hatinya tersebut.
Perusahaan itu menarik biaya yang begitu banyak padanya dan tidak memenuhi syarat-syarat yang diajukan A Zheng.
Pertama, pada malam pernikahan, ketika A Zheng dan Zhao hendak berhubungan badan, sebuah insiden terjadi.
Ketika Zhao melepas bajunya, A Zheng terkejut melihat ada banyak stretch mark di perut istrinya, seperti pada wanita setelah melahirkan.
Meskipun Zhao mengaku itu hanyalah stretch mark biasa, A Zheng tidak mempercayainya.
Setelah itu, A Zheng diam-diam menyelidikinya.
A Zheng terkejut mengetahui bahwa Zhao sebenarnya memiliki suami dan bahkan memiliki seorang anak.
Selain itu, Zhao tidak pernah lulus SMA.
Semua fakta yang terungkap ini melanggar perjanjian kontrak antara A Zeng dan biro jodoh tersebut karena tidak sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Tidak berhenti sampai di situ. Hanya beberapa saat setelah menikah, A Zheng juga menemukan bahwa istrinya diam-diam berinteraksi dengan seorang pria dari perusahaan biro jodoh yang sama.
Sejak itu, perasaan A Zheng benar-benar berubah.
Dia bertekad untuk bercerai dan ingin menggugat perusahaan biro jodoh tersebut dengan tuduhan penipuan.
Menentang tuduhan A Zheng, perusahaan biro jodoh tersebut mengatakan bahwa perselingkuhan Zhao dengan pria lain adalah masalah yang dihadapi pasangan.
Mereka mengatakan bahwa setelah Zhao dan A Zheng saling kenal, perusahaan itu tidak ikut campur.
Jadi, tidak ada cara untuk mengetahui apakah wanita itu masih perawan atau tidak pun dia lulus SMA atau tidak.
Baru-baru ini, Pengadilan Kaohsiung mengadili kasus ini.
A Zheng mengajukan kompensasi 1,5 juta yuan (Rp3,2 miliar), namun kompensasi dan dasar perhitungannya tidak jelas.
Selain itu, dalam kontrak yang ditandatangani A Zheng, tidak ada ketentuan yang jelas bahwa 'calon harus lulus SMA dan masih perawan'.
Pada akhirnya, A Zheng kalah dalam kasusnya dan tidak mendapat kompensasi.