Advertorial
Intisari-online.com -Berita mengenai Raja Thailand Maha Vajiralongkorn selalu menarik bagi banyak orang.
Banyak hal kontroversial mengenai Raja Thailand.
Ia dikenal memiliki 20 selir.
Ia juga dikenal sebagai sosok Don Juan atau playboy saat ia masih menjadi Pangeran.
Sosok playboynya tidak bisa hilang dari dirinya.
Buktinya adalah kedekatannya dengan 20 selir tersebut.
Disebutkan jika ia telah memboyong ke-20 selir itu ke Jerman.
Dulunya disebutkan ia hanya berlibur di Jerman.
Namun ia tidak segera kembali ke negaranya, membuat berang seluruh rakyatnya.
Rakyatnya kecewa dengan sosoknya yang tidak seperti mendiang ayahnya.
Bukan tidak mungkin jika Maha Vajiralongkorn memerintah dari Jerman.
Ia terus-terusan menampik hal itu.
Hal itu menempatkan Jerman di posisi yang sulit.
Sampai akhirnya baru-baru ini dikabarkan Parlemen Jerman menyatakan Maha Vajiralongkorn akan diusir jika terbukti menjalankan pemerintahan dari vilanya di Bayern.
Lamanya ia menetap di Eropa menjadi sorotan publik Thailand di tengah aksi protes yang berkecamuk.
Bundestag, sebutan bagi parlemen Jerman, mengatakan bahwa Vajiralongkorn menikmati kekebalan diplomatik selama ia tinggal di sebuah vila di Bayern.
Namun Jerman memiliki kuasa untuk dapat mengusirnya sewaktu-waktu.
Menurut penilaian Layanan Akademis Bundestag (WD) yang ditugaskan oleh Partai Kiri yang berhaluan sosialis, pemerintah Jerman hanya memiliki sedikit kuasa untuk mengusir Raja Thailand, meskipun baru-baru ini Vajiralongkorn diancam oleh Menteri Luar Negeri Heiko Maas agar tidak memerintah negaranya dari wilayah Jerman.
Ancaman Maas tersebut disampaikannya saat aksi protes tengah berkecamuk di Thailand, menentang pemerintahan raja yang tidak demokratis.
Lebih dari 50 orang terluka dalam demonstrasi yang terjadi di Bangkok pada pekan lalu.
"Kami telah menjelaskan bahwa kebijakan yang mempengaruhi negara Thailand tidak dilakukan dari tanah Jerman," kata Maas pada awal Oktober.
Tetapi, selain mengusir raja dari Jerman sebagai persona non grata, penegak hukum tidak dapat mewakili rakyat Thailand untuk menuntut raja, bahkan ketika dia sedang berlibur, kata Bundestag.
Artinya, karena kekebalan diplomatik, raja tidak dapat dihukum atas kejahatan yang dilakukan di Jerman.
Mewahnya kehidupan raja di tengah lockdown
Vajiralongkorn menghabiskan waktu selama berbulan-bulan di vilanya di tepi Danau Starnberg, tepat di sebelah selatan Munchen.
Di musim semi, raja juga sering menginap di sebuah hotel mewah di resor ski Garmisch-Partenkirchen.
Saat itu ia terbukti melanggar aturan menginap di hotel ketika negara bagian Bayern tengah memberlakukan kebijakan lockdown wilayah.
Raja sempat kembali ke Thailand pada Oktober, tetapi partai kiri meminta pemerintah Jerman untuk melarang dia masuk kembali ke Jerman.
"Siapapun yang (berperilaku) seperti raja, secara brutal menindas gerakan demokrasi dengan junta militer, seharusnya tidak diberikan visa untuk kemewahan tinggal yang diperpanjang di Jerman," kata anggota parlemen partai kiri, Sevim Dagdelen dan Heike Hansel dalam sebuah pernyataan bersama.
Sebelumnya, pada November, Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan tidak menemukan bukti bahwa raja mengeluarkan dekrit dari Bayern yang melanggar hak asasi manusia, meskipun politisi oposisi menganggap ini kurang kredibel, mengingat lamanya raja tinggal di Jerman.
"Pertanyaan tentang apa yang dilakukan pemerintah untuk melawan tindakan yang melanggar hukum masih belum terjawab," kata Margarete Brause dari partai Hijau dalam sebuah pernyataan.
Ancaman Heiko Maas pertama kali mencuat pada Rabu (7/10/2020) lalu.
Politisi Partai Hijau Frithjof Schmidt kemudian menanyakan kepada Maas mengenai unjuk rasa yang dilakukan di hotel tempat Raja Vajiralongkon menginap.
Selain itu, Frithjof juga mendiskusikan apakah Berlin siap untuk membuka ruang diskusi dengan Uni Eropa mengenai pembekuan perjanjian dagang.
Dalam pandangan Frithjof, pembekuan itu diperlukan selama junta yang menguasai "Negeri Gajah Putih" masih menghalangi demokrasi.
Uni Eropa dilaporkan sempat menghentikan hubungan dengan Bangkok pada 2014, menyusul kudeta yang mengantarkan Prayuth ke kekuasaan pada 2014.
Setelah itu, mereka baru memulihkan hubungan lima tahun berselang setelah Prayuth kembali mengamankan posisinya dalam pemilu.
Maas kemudian menjawab bahwa membekukan negosiasi adalah 'pilihan".
Namun, dia berujar alangkah baiknya jika mereka memberi tahu Thailand dulu.
Baik pihak istana maupun pemerintahan PM Prayuth sama sekali tak memberikan tanggapan atas pernyataan yang keluar dari Menlu Maas.
Raja Vajiralongkon menggantikan ayahnya, Raja Bhumibol Adulyadej, yang meninggal pada 2016.
Namun, dia lebih banyak menghabiskan waktu di Jerman.
Para pengunjuk rasa sudah mengeluhkan biaya yang harus ditanggung negara karena sang raja tinggal di luar negeri, dan absen di rumahnya sendiri.
(Ardi Priyatno Utomo)
Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Raja Thailand Bisa Diusir Jika Terbukti Memerintah dari Jerman" dan "Menteri Jerman Larang Raja Thailand Memerintah dari Negara Mereka"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini