Advertorial
Intisari-Online.com - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia kembali mengumumkan tambahan kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia.
Melalui website resminya,kemkes.go.id,dilaporkan ada tambahan4.998 kasus baru virus coronapada Sabtu (21/11/2020) pukul 12.00 WIB.
Dengan begini, makatotal kasus Covid-19 di Indonesia sejak terkonfirmasi pada 2 Maret lalu menjadi 493.308 kasus.
Kabar baiknya, ada sejumlah 3.403 pasien yang berhasil sembuh.
Artinya jumlah pasien sembuh menjadi 413.955 dari pasien sebelumnya sebanyak 410.552 pasien.
Sementara, jumlah pasien positif Covid-19 yang dinyatakan meninggal dunia juga bertambah sebanyak 96 orang.
Sehingga total pasien meninggal dunia akibat virus corona menjadi 15.774 orang, dari sebelumnya 15.678.
Penambahan kasus positif tersebut tersebar diseluruh provinsidi Indonesia.
Provinsi DKI Jakarta kinimenjadi provinsi dengan jumlah kasus terbanyak.
Disusul dengan Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.
Sekolah dimulai lagi tahun 2021
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan, keputusan pembelajaran semester genap pada tahun akademik 2020/2021 ada di tangan pemerintah daerah (Pemda), komite sekolah, dan para orangtua.
Keputusan apakah pembelajaran akan dilakukan secara tatap muka atau belajar dari rumah, bukan lagi ditentukan oleh pemerintah pusat.
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menilai, keputusan yang diambil Kemendikbud ini masih mengambang.
Ia tak sepakat jika keputusan metode pembelajaran hanya diputuskan oleh pemda, komite sekolah, dan orangtua.
Menurut Dicky, pemerintah pusat seharusnya juga berperan memastikan pemerintah daerah, sekolah dan orangtua agar tidak salah dalam mengambil keputusan.
"Dalam situasi seperti ini, daerah itu tidak bisa dibiarkan berada dalam suatu kondisi apabila nantinya mengambil keputusan yang cenderung membahayakan dan merugikan pengendalian pandemi," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (20/11/2020).
Di Indonesia, kata dia, situasi pandemi masih belum bisa dikendalikan hingga saat ini.
Oleh karena itu, dibutuhkan peran pemerintah pusat sebagai penanggung jawab utama selain dukungan dari pemerintah daerah.
"Ingat, pandemi tanggung jawab bersama."
"Keputusan ini seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah."
"Tidak bisa diserahkan kepada orangtua atau pada daerah saja, ini tanggung jawab bersama," ujar Dicky.
Idealnya belajar dari rumah
Melihat tren kasus Covid-19 di Indonesia saat ini, Dicky menyarankan agar para siswa untuk sementara waktu belajar dari rumah.
Pembelajaran yang ideal dan optimal memang dengan tatap muka, tetapi hal itu berlaku jika kondisi normal. Bukan seperti saat ini.
"Artinya harus dipahami dan diingat bahwa kita ini sedang dalam kondisi pandemi dan dalam kondisi yang tidak normal, terlebih pandeminya belum terkendali," kata Dicky.
"Ditambah strategi testing, tracing, treatment (3T) yang dilakukan pemerintah masih jauh dari standar."
"Kalau sekolah ingin dibuka, pemerintah ya harus menguatkan strategi itu," lanjut dia.
Kriteria lain jika ingin dilakukan pembukaan sekolah, kata Dicky, adalah positivity rate yang di bawah 5 persen selama setidaknya dua minggu berturut-turut.
Menurut dia, hal-hal tersebut merupakan kriteria yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Terakhir pemda dan komite sekolah harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan (Dinkes) setempat.
"Terlebih di zona merah sebaiknya jangan. Karena kasus masih tinggi dan itu juga berarti kasus OTG lebih tinggi lagi," kata dia
(Inza Maliana/Dandy Bayu Bramasta)
(Artikel ini telah tayang diTribunnews.comdengan judul "UPDATE Corona 21 November: Pasien Positif Tambah 4.998, Sembuh 3.403, Meninggal 96" dan"Soal Sekolah Tatap Muka, Pemerintah Pusat Harus Pastikan Tak Ada yang Salah Ambil Keputusan")