Sayang pada awal kisah romansanya, ia bertemu dengan Rudolf MacLeod—Kapten di Hindia Belanda (Indonesia) yang kerap berselingkuh dan menyiksanya.
Dari MacLeod, ia memiliki dua anak, satu lelaki dan satu perempuan. Si sulung lelaki, yang lahir dengan kekurangan fisik, tidak berumur panjang.
Margaretha kemudian menuju Paris, mengubah nama menjadi "Mata Hari".
Bahasa yang tentu asing bagi warga setempat, namun menambah kesan misterius dari tari panggungnya.
Selama beberapa tahun, Mata Hari menjadi selebriti di kota tersebut sebagai penari eksotis. Hingga jatuhlah Perang Dunia I pada 1914.
Pecahnya PD I disambut warga Eropa dengan bergembira, bukannya takut.
Sikap ini muncul karena didorong sikap nasionalistik, mereka mengira perang akan berlangsung singkat dan mengalami kejayaan.
Dalam True Spy Stories karangan Paul Dowswell dan Fergus Fleming, Mata Hari dikatakan bosan dengan kondisi perang.
Hingga akhirnya munculah Karl Kramer, atase pers Konsulat Jerman di Belanda.
Dengan imbalan cukup, Mata Hari menyetujuinya. Namun, Dowswell dan Fleming berkeyakinan bahwa hal ini disetujui oleh Mata Hari hanya karena penasaran menjadi mata-mata.
Meski demikian, kasusnya tidak redup. Banyak kontroversi yang menyatakan bahwa ia sebenarnya tidak bersalah.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR