"Turki itu mempunyai perilaku yang bermusuhan dengan sekutnya di NATO," kecam Macron dalam wawancaranya dengan Al Jazeera Sabtu (31/10/2020).
Sebelumnya, melansir BBC pada Minggu (25/10/2020), setelah pernyataan Erdogan, seorang pejabat kepresidenan Perancis mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa duta besar Perancis untuk Turki dipanggil untuk berkonsultasi, dan akan bertemu dengan Macron.
"Komentar Presiden Erdogan tidak dapat diterima. Kelebihan dan kekasaran bukanlah sebuah metode. Kami menuntut agar Erdogan mengubah arah kebijakannya karena berbahaya dalam segala hal," kata pejabat itu.
Keduanya merupakan sekutu di bawah NATO, namun memiliki perbedaan pada berbagai masalah geo-politik, termasuk perang saudara di Suriah dan Libya, serta konflik antara Armenia dan Azerbaijan atas sengketa Nagorno-Karabakh.
Berikut ini perbandingan kekuatan militer Turki dan Prancis:
Peringkat kekuatan Prancis unggul, tapi tren tahunannya menurun
Turki dan Perancis berada di 20 teratas peringkat kekuatan militer dari 138 negara menurut Global Firepower.
Prancis mengungguli Turki dilihat dari indexPowernya, yaitu berada di peringkat ke-7, sementara Turki berada di peringkat ke-11.
Militer Prancis hanya kalah dari AS, Rusia, China, India, Jepang, dan Korea Selatan.
Namun, menurut Global Firepower, tren tahunan kekuatan militer Prancis menurun.
Untuk diketahui, Prancis secara berturut-turut sejak 2016 sampai 2019 menempati peringkat ke-5 untuk kekuatan militernya.
Sementara itu, meski tren tahunan kekuatan militer Turki dikatakan tidak menurun, tapi negara ini juga tidak menunjukkan peningkatan, yang artinya stagnan.
Pada 2016 dan 2017, kekuatan militer Turki menempati peringkat ke-8 dari 138 negara. Kemudian di tahun 2018 dan 2019 berada di peringkat ke-9.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR