Advertorial
Intisari-Online.com - Komisi Militer Pusat (CMC) China merilis garis besar tentang peningkatan kemampuan tempur bersama Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) untuk kesiapsiagaan perang.
Xinhua melaporkan, garis besar yang mulai berlaku 7 November tersebut termasuk menjawab pertanyaan mendasar seperti bagaimana berperang di masa depan dan memperkuat kesiapan perang.
Menurut CMC, perang di masa depan membutuhkan operasi bersama dan terintegrasi antara berbagai pasukan PLA.
Karena itu, CMC memerintahkan semua tingkat angkatan bersenjata China untuk mempelajari dan menerapkan garis besar tersebut.
Dan, menganggap garis besar itu sebagai dasar fundamental untuk mengatur pertempuran bersama dan kegiatan pelatihan, serta meningkatkan kemampuan militer untuk memenangkan perang secara menyeluruh.
Song Zhongping, ahli militer China, mengatakan, peluncuran garis besar itu menyusul situasi yang semakin intensif dan risiko konflik militer yang meningkat di beberapa wilayah, seperti Selat Taiwan, Laut China Selatan, dan perbatasan China-India.
"Peningkatan kapasitas tempur bersama PLA tidak hanya bertujuan memerangi separatis Taiwan dan pasukan asing yang ikut campur dalam masalah Taiwan, tetapi yang lebih penting untuk melindungi kepentingan kedaulatan, keamanan, dan pembangunan China," katanya kepada Global Times.
Hanya, Selat Taiwan adalah wilayah utama, di mana PLA harus meningkatkan kapasitas tempur bersama dan mempersiapkan perang.
Pasukan udara, laut, darat, dan roket serta pasukan pendukung strategis dan logistik, semuanya akan terlibat jika konflik militer meletus, menurut Song.
Situasinya sama di Laut China Selatan, di mana Amerika Serikat AS sering mengirim pesawat dan kapal militer.
PLA bisa melakukan serangan jarak jauh, dengan Angkatan Roket meluncurkan rudal pembunuh kapal induk, seperti DF-26 dan DF-21D.
Media China kritik tajam Amerika
Hubungan antara Amerika dan China tampaknya jauh dari kata membaik.
Sebagai bukti, media pemerintah China sekali lagi melancarkan serangan pedas terhadap AS dan sekutu Baratnya menyusul tindakan keras terbaru Beijing terhadap oposisi pro-demokrasi di Hong Kong.
Melansir Express.co.uk, The Global Times - media harian yang dikelola pemerintah China - telah menerbitkan editorial yang mengklaim Barat "tidak akan berhasil" dengan tekanan yang diterapkan pada China atas pelanggaran hak asasi manusia.
Surat kabar tersebut juga memperingatkan bahwa Barat tidak "punya nyali" untuk menghadapi China.
Editorial ini datang sehari sebelum The Global Times memberi selamat kepada Joe Biden atas kemenangannya sebagai Presiden AS dari Donald Trump.
Ucapan selamat yang hangat itu datang setelah seminggu China berdiam diri terhadap hasil Pemilu AS.
Express.co.uk memberitakan, China sepertinya menanti untuk melihat pandangan apa yang akan diambil Biden tentang kebijakan luar negeri AS.
Akan tetapi, para ahli yakin dia tidak akan mengubah arah kebijakan sehingga tidak akan mengakhiri ketegangan antara Washington dan Beijing.
Baca Juga: Sohor Sebagai Penyanyi Waria, Sosok Insaf dan Kembali Jadi Pria Tulen, Mimpi Ini yang Jadi Pemicunya
Presiden terpilih, yang akan menggantikan Trump di Gedung Putih pada Januari 2021 mendatang, telah berjanji bahwa AS akan membela pelanggaran China atas hak asasi manusia, ekspansionisme militer, dan praktik perdagangan yang tidak fair.
Selama beberapa bulan terakhir, pemerintahan Donald Trump telah memberikan dukungannya di belakang para pengunjuk rasa pro-demokrasi di Hong Kong.
AS, seperti halnya Inggris dan Jerman, minggu ini mengecam pengusiran empat anggota parlemen pro-demokrasi China dari badan Dewan Legislatif Hong Kong.
Langkah dari Beijing memicu reaksi marah, sehingga memicu pengunduran diri semua menteri pro-demokrasi yang tersisa di parlemen sebagai bentuk aksi protes.
Kini, The Global Times mengklaim bahwa semua kritik dari Barat sebenarnya tidak ada artinya.
Surat kabar itu menulis:
"Apakah ada negara Barat yang berpikir bahwa ia memiliki kemampuan untuk menekan China agar menyerah?"
"Tidak sama sekali."
"Pasukan Barat memiliki pertimbangan yang cukup rumit dan egois ketika mereka melangkah di perairan berlumpur soal Hong Kong."
"Mereka ingin menahan China dengan mengacaukan Hong Kong, tetapi mereka tidak mungkin mengorbankan kepentingan mereka sendiri untuk mencari dominasi atas urusan Hong Kong."
The Global Times juga menulis:
"Mereka tahu bahwa mereka tidak akan berhasil, juga tidak punya nyali untuk melakukan itu."
"Tidak ada kekuatan eksternal yang dapat menjadi pengungkit untuk membantu oposisi menantang pemerintah pusat secara konstitusional."
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kandidat Menhan AS Usulkan AL Amerika Harus Tenggelamkan Semua Kapal China di Laut China Selatan
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari