Penulis
Intisari-online.com - Tindakan China memonopoli Laut China Selatan memang membuat geram banyak orang di dunia.
Terlebih, China mengklaim wilayah itu sebagai bagian dari miliknya atas peninggalan sejarah.
China menerbitkan peta dengan sembilan garis putus-putus dengan cakupan wilayah hingga Laut China Selatan.
Bahkan China akan marah jika keberadaannya diusik oleh negara manapun, termasuk Amerika yang terus memberikan tekanan di Laut China Selatan.
Tak jarang Amerika terlibat konfrontasi militer di Laut China Selatan, entah hanya sekedar aksi provokasi, mata-mata hingga memberikan ancaman.
Terbaru, Amerika diduga mengirim pesawat mata-mata ke Laut China Selatan, hingga membuat China marah dan melemparkan tembakan peringatan.
Lantas sikap China yang sangat getol mempertahankan Laut China Selatan ternyata karena negeri panda selama ini telah mengeruk keuntungan besar-besaran di wilayah laut itu.
Menutrut Theweek, tahun 2019, China diam-diam telah melakukan pengeboran minyak yang dikembangkannya sendiri.
Platform pengeboran semi-submersible laut dalam yangdikembangkan sendiri oleh China, telah menyelesaikan pengeboran pengembangan air dalam pertamanya di laut China Selatan bagian timur, menurut publikasi milik negara China, Global Times.
Dengan kedalaman lubang sumur yang diukur 4.660 meter dan kedalaman vertikal sejati (jarak dari sumur ke permukaan) 2.529 meter.
Sumur ini diklaim sebagai sumur air dalam pertama yang dioperasikan oleh platform buatan China.
Platform senilai 1 miliar dollar AS dibangun oleh Perusahaan Minyak Lepas Pantai Nasional China (CNOOC) dan diluncurkan pada tahun 2012.
Pada tahun yang sama, ketua perusahaan, Wang Yilin, menyebut rig tersebut sebagai "wilayah nasional bergerak kita" dan senjata strategis untuk mempromosikan pengembangan industri minyak lepas pantai negara.
Platform, Haiyang Shiyou 981 (HYSY 981), berada di pusat krisis rig minyak China-Vietnam 2014 (juga dikenal sebagai Hai Yang Shi You 981).
Kemudian, platform tersebut dikerahkan ke lokasi di wilayah sengketa dekat pulau Paracel yang diklaim Vietnam.
Sengketa tersebut menyebabkan ratusan kapal China dan Vietnam berusaha menabrak satu sama lain di wilayah tersebut.
Perselisihan itu memuncak dengan hilangnya satu kapal nelayan Vietnam, dan kematian sekitar enam warga negara Tiongkok dalam kerusuhan yang terjadi di Vietnam.
Menurut situs MarineTraffic.com, rig terakhir ditempatkan di koordinat 20.22187 N dan 115.6864 BT, pada 7 April 2019.
Ini menempatkan kapal di dalam wilayah China, sekitar 266 kilometer Tenggara Hong Kong dan sedikit di sebelah Barat Filipina Zona Ekonomi Eksklusif.
The Global Times melaporkan bahwa gas dari sumur tersebut akan diangkut ke pelabuhan Gaolon di Zhuhai, yang terletak di Provinsi Guangdong, memasok Wilayah Teluk Besar Guangdong-Hong Kong-Macao.
Laporan Badan Informasi Energi AS memperkirakan sekitar 190 triliun kaki kubik gas alam dan 11 miliar barel minyak dalam cadangan terbukti dan terkira yang berada di dalam margin Laut China Selatan yang tidak perlu dipersoalkan.
Laporan Survei Geologi AS berikutnya memperkirakan tentang sebanyak mungkin cadangan gas alam dan minyak yang belum ditemukan di wilayah tersebut.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, sebelumnya menuduh China memblokir 2,5 triliun dollar AS cadangan yang dapat dipulihkan di Laut China Selatan.
Vietnam telah mengundang India untuk berpartisipasi dalam eksplorasi minyak di perairannya, sebuah tindakan yang membuat China mencak-mencak.
Pada bulan Maret 2019, seorang pejabat dari ONGC Videsh Ltd mengatakan kepada LiveMint bahwa perusahaan milik negara tersebut berencana untuk memiliki blok hidrokarbon No. 128.